Presidensi G20 Indonesia Menjaga Pertumbuhan Ekonomi Nasional Tetap Stabil ~ Headline.co.id (Jakarta). Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi masih positif sampai tahun depan. Kuatnya konsumsi rumah tangga, ekspor serta investasi menjadi motor penggerak bagi Produk Domestik Bruto (PDB). Ditambah lagi posisi Indonesia yg memegang Presidensi G20 2022, makin mendorong penguatan ekonomi secara nasional.
Baca juga: Deklarasi Koalisi Nasdem, PKS dan Demokrat Batal Digelar 10 November
‘’Kehadiran G20 memainkan peran penting untuk mendorong obrolan, kerja sama dan koordinasi respon kebijakan bagi pemulihan ekonomi global,’’ ujar Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo pada Tim Komunikasi serta Media G20, Rabu (9/11/2022).
pertemuan pimpinan negara G20 di KTT Bali nanti, pungkasnya, akan memberikan arah pedoman dan kepercayaan pasar bagi prospek perekonomian serta stabilitas sistem keuangan kedepannya. BI pun meyakini konsumsi masyarakat masih akan permanen kuat, walau tertahan sang kenaikan bahan bakar minyak (BBM).
Baca juga: Binggung Pilih Jaket, Ini Jenis-Jenis Jaket Yang Membuat Mu Tambah Kece
Meski begitu, Dody mengakui Bila memasuki 2023 nanti, akan ada risiko perlambatan perekonomian secara global. namun konsumsi domestik ditegaskannya masih akan tetap solid sehubungan menggunakan persiapan pemilihan umum di 2024.
Perekonomian sepanjang 2022 sampai tahun depan diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 4,lima -5,3%, dengan kesamaan mencapai batas atas. PDB mencatat pertumbuhan sebanyak 5,4%, selama sembilan bulan 2022, dibanding periode Januari – September tahun kemudian.
Baca juga: Hari Wayang Dunia, Ganjar Beri Hadiah Handphone Sindu si Dalang Cilik
Pertumbuhan tertinggi dialami oleh kinerja ekspor barang dan jasa yg tumbuh 19,57%, diikuti sang konsumsi forum non-profit yang melayani tempat tinggal tangga (LNPRT) dan konsumsi tempat tinggal tangga yang masing-masing tumbuh sebanyak lima,66% dan lima,08% dibanding periode yg sama tahun sebelumnya.
Tantangan perekonomian dunia sampai tahun depan tidaklah mudah. Ancaman terhadap inflasi yg diikuti pengetatan keuangan global, krisis pangan dan energi mendorong perlambatan ekonomi dunia. Sejumlah nilai tukar di Asia termasuk rupiah mengalami pelemahan karena US dollar yg terlalu kuat. Kenaikan suku bunga Federal Reserve yang proaktif sudah menyebabkan dollar menguat relatif bertenaga terhadap sejumlah mata uang pada global.
Baca juga: Pemprov Jateng Buka Pusat Layanan Cegah Terorisme Untuk Tangkal Paham Radikal dan Terorisme
Kedepan, istilah Dody, kebijakan moneter yg ditempuh bank sentral akan pro stabilitas dan menekan inflasi sinkron dengan target yg ditetapkan. Inflasi inti akan dibawa menuju sasarannya di kuartal dua 2023. target inflasi Indonesia sepanjang 2022 sampai 2023 ditetapkan kurang lebih 2% – 4%.
Badan pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Oktober sebesar lima,71%, secara tahunan. Secara akumulasi sejak Januari sampai Oktober, inflasi sudah mencapai 4,73%. Sedangkan inflasi inti sebesar 3,31% di Oktober.
Operasi moneter melalui kenaikan struktur suku bunga di pasar uang, sejalan menggunakan kenaikan suku bunga acuan akan ditempuh buat membawa inflasi pada sasarannya. Kebijakan lainnya yang mendukung pertumbuhan akan ditempuh melalui kebijakan makroprudensial yang akomodatif dalam mendorong pertumbuhan kredit perbankan. membentuk sistem pembayaran yg efisien, cepat, lancar dan safety. Kebijakan pendalaman pasar keuangan buat menaikkan nilai transaksi pasar keuangan menjadi sumber pembiayaan ekonomi.
Demi menjaga stabilitas nilai tukar, BI, kata Dody, berkomitmen buat menempuh 3 langkah hegemoni atau triple intervention yakni melalui pasar spot, domestic non-deliverable forward (DNDF) dan pasar obligasi yakni penjualan serta pembelian surat berharga negara (SBN) di pasar sekunder.
Baca juga: Presiden Jokowi Perintahkan Menteri Pertanian Cek Stok Beras Nasional
Sepanjang Juli – September 2022, perekonomian tumbuh sebanyak lima,72% secara tahunan. sumber pertumbuhan terbesar asal dari kinerja ekspor barang dan jasa sebanyak lima,21%, konsumsi rumah tangga sebanyak 2,81% serta kinerja investasi sebesar 1,57%. Jika dicermati dari asal pertumbuhan menurut pulau, yang terbesar masih disumbangkan sang Jawa sebesar 3,37%, Sumatera 1,01% dan Sulawesi sebesar 0,55%.
‘’Kami tidak melihat ada ancaraman resesi terhadap Indonesia, sebab pertumbuhan ekonomi hingga kuartal ketiga mencatatkan pertumbuhan yang positip, tidak terjadi kontraksi,’’ kata Managing Director PT Samuel International. tetapi memang terdapat risiko perlambatan ekonomi secara dunia termasuk Indonesia pada tahun depan, tapi tidak akan parah hingga menimbulkan resesi di Indonesia, paparnya.
Baca juga: TNI dan Polri Siap Cegah Potensi Ancaman di KTT G20