Headline.co.id (Gunungkidul) ~ Nelayan di Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta mengeluh karena adanya larangan membeli pertalite menggunakan jerigan. Larangan tersebut membuat ongkos melaut kini semakin bertambah banyak. Mereka mau tidak mau harus membeli Bahan Bakar Minyak jenis Pertamax yang memiliki harga lebih tinggi agar tetap bisa melaut.
Baca juga: Presiden Jokowi Tinjau Sabo Dam Solusi Pengendali Banjir Lahar di Kali Putih
Heri seorang pelayan di Pantai Ngandong, Tepus, Gunung Kidul menceritakan sejak awal Februari ada larangan membeli pertalite membuatnya harus melaut dengan bahan bakar jenis pertamax. Ia harus membutuhkan puluhan liter bahan bakar untuk memenuhi kebutuhan mesin perahu saat melaut.
“Selama ini kami membeli BBM jenis pertalite ke SPBU menggunakan jeriken. Cara ini jadi satu-satunya jalan karena di kawasan pesisir belum ada SPBU khusus melayani nelayan. Sedangkan untuk mesin tempel kapal jukung memerlukan puluhan liter sekali jalan,” terang Heri, Jumat (14/02/2020).
Sementara Salinun, seorang nelayan di wilayah Pantai Drini, menambahkan bahwa dengan menggunakan pertamax untuk melaut sangat memberatkan nelayan karena dari segi biaya menambah pengeluaran. Satu liter Pertalite dicampur dengan oli hanya butuh biaya Rp9.000. Namun dengan pelarangan itu, maka harus merogoh kocek lebih dalam karena satu liter Pertamax campur dengan oli seharga Rp12.000.
Baca juga: Jokowi Lepaskan Satu Pasang Elang Jawa di TNGM Untuk Jaga Kelestarian Habitat
Menurutnya, sekali melaut bisa menghabiskan bahan bakar sebanyak 30 liter. Ia juga berharap agar kedepan ada solusi terkait masalah BBM, sehingga tidak memberatkan masyarakat kecil. Ia juga menginginkan agar nelayan boleh membeli pertalite dengan menggunakan jerigen.
Sementara ditempat terpisah, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Gunungkidul, Johan Eko Sudarto memaparkan, larangan pembelian pertalite menggunakan jerigen merupakan kebijakan dari Pertamina. Ia juga tidak memungkiri bahwa kebijakan tersebut berdampak bagi nelayan kecil di kawasan pesisir selatan Gunungkidul.
Ia juga menerangkan bahwa, pihaknya berusaha untuk memohon agar ada kebijakan khusus bagi nelayan agar diberikan dispensasi khusus. Tapi masih dikomunikasikan dengan Pertamina dan Kementerian ESDM.
Baca juga: 168 Ternak Mati di Gunungkidul, Dinas Waspadai Penyakit Antraks
Johan berharap agar nelayan di Gunungkidul masih bisa menggunakan Pertalite untuk bahan bakar mesin kapal mereka. Sehingga biaya operasional produksi dapat ditekan dan berdampak pada kesejahteraan nelayan.