Mutiara Headline
banner 325x300
Kirim Berita Suara Pembaca
PendidikanKesehatan

Guru Besar UGM Tuturkan Teknologi Reproduksi IVEP Miliki Keunggulan dan Menjanjikan

275
×

Guru Besar UGM Tuturkan Teknologi Reproduksi IVEP Miliki Keunggulan dan Menjanjikan

Sebarkan artikel ini
Prof. Ir. Diah Tri Widayati, M.P., Ph.D.
Prof. Ir. Diah Tri Widayati, M.P., Ph.D.

Guru Besar UGM Tuturkan Teknologi Reproduksi IVEP Miliki Keunggulan dan Menjanjikan ~ Headline.co.id (Jogja). Prof. Ir. Diah Tri Widayati, M.P., Ph.D., IPM dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam Bidang Reproduksi Ternak pada Fakultas Peternakan UGM. Dalam pengukuhan yang berlangsung di Balai Senat UGM, Selasa (29/3). Ia menyampaikan pidato berjudul  Teknologi Reproduksi Sebagai Sarana Untuk Meningkatkan Kualitas Genetik Ternak.

Baca juga: Syeikh Abdullatif Terima Doktor Kehormatan, Wamenag Harap Perkuat Sinergi Indonesia dan Saudi

Dalam pidato pengukuhannya, ia menyampaikan secara singkat soal perkembangan dan riset di bidang teknologi reproduksi, baik pada kajian fundamental maupun terapan. Mengingat begitu luasnya ruang lingkup bidang ini, maka iapun membatasi pada topik-topik yang relevan dengan riset yang ia lakukan meliputi inseminasi buatan, multiple ovulation embryo transfer dan fertilisasi in vitro.

Ia mengatakan Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan keragaman hayati. Indonesia memiliki berbagai ternak lokal yang sudah beradaptasi dengan kondisi lingkungan di Indonesia. Ternak-ternak tersebut merupakan asset bangsa berharga untuk pengembangan potensi hewani.

Berbagai bangsa ternak lokal di setiap daerah antara lain sapi (Aceh, Pasundan, Jabres dll), kerbau (Pampangan, Badegur dll), kuda (Flores, Timor, Sandelwood dll), kambing (Samosir, Gembrong, Kejobong dll), domba (domba ekor tipis, domba ekor gemuk, Garut dll), ayam (Kedu, Ketawa, Merawang, Nunukan dll) dan itik (Alabio, Tegal, Mojosari dll).

Baca juga: Kabar Gembira! Penghafal Al-Qur’an Berpeluang Jadi Anggota TNI/Polri

“Ternak-ternak lokal tersebut merupakan sumber daya genetik ternak. Ternak-ternak tersebut telah hidup dan turun temurun berada serta dipelihara di alam Indonesia oleh para peternak lokal dengan kondisi setempat sehingga sudah beradaptasi dengan baik di alam Indonesia,” katanya.

Oleh karena itu, katanya, ternak lokal Indonesia memiliki keunggulan dibandingkan dengan ternak impor. Ternak lokal Indonesia dapat beradaptasi dengan pakan sederhana, mampu berdaptasi terhadap iklim tropis, tahan gigitan serangga, serta mampu bereproduksi dan berproduksi yang baik karena seleksi alam.

“Mengingat berbagai keunggulan tersebut, ternak-ternak lokal Indonesia perlu dikembangkan serta dipromosikan sehingga dapat memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan peternak khususnya dan masyarakat pada umumnya,” ucap Kepala Laboratorium Fisiologi dan Reproduksi Ternak, Fakultas Peternakan UGM.

Baca juga: Gelar Rakornas, Kemenag Bahas Peningkatan Layanan Pesantren, Dana Abadi, dan Beasiswa Santri

Salah satu upaya yang kemudian dilakukan untuk mengembangkan keunggulan ternak lokal adalah dengan pemanfaatan teknologi reproduksi, dan inseminasi buatan (IB) merupakan inovasi yang menarik untuk dikembangkan untuk peningkatan produksi ternak. Sampai saat ini hanya IB yang telah diterapkan secara luas di Indonesia untuk sapi potong dan sapi perah.

Hal ini, menurut Diah Tri Widayati, dikarenakan masyarakat telah menyadari arti dan manfaat IB untuk meningkatkan produktivitas ternaknya, dan terbukti mampu menghasilkan pedet yang kualitas genetiknya lebih baik daripada induknya serta untuk efisiensi reproduksi. Sementara untuk program multiple ovulation embryo transfer (MOET) dan Fertilisasi In Vitro (IVF) masih dalam tahap pengembangan dan penelitian sehingga belum diterapkan secara luas di masyarakat.

Baca juga: Ngeprank dibegal Rp 1,3 M, Mama Muda Asal Garut Divonis Bui 9 Bulan

“Selama 23 tahun saya mendalami penelitian tentang embrio in vitro (IVEP) pada sapi, mencit, domba dan kambing dapat menyimpulkan jika produksi embrio secara in vitro dapat diterapkan di Indonesia meski ada keterbatasan meliputi sumber oosit, keterbatasan medium untuk kultur embrio, dan perangkat inkubator dengan oksigen yang rendah,” terangnya.

Diah Tri menandaskan apabila keterbatasan tersebut dapat diatasi maka dapat menghasilkan embrio dalam jumlah banyak dan dapat disebarkan pada masyarakat melalui program transfer embrio maupun penelitian. Bagaimanapun teknologi IVEP ini cukup menjanjikan karena memiliki berbagai keunggulan.

Baca juga: Polisi: Penghasilan Dea OnlyFans 20 Juta Perbulan Tak Terindikasi Open BO

Pertama, teknologi ini dapat menghasilkan embrio dalam jumlah banyak dan jika ditansfer akan dihasilkan kebuntingan yang lebih tinggi per unit waktu. Kedua, dapat diterapkan pada ternak gagal merespons perlakuan superovulasi.

Ketiga, dapat digunakan untuk menyimpan potensi genetik ternak yang terkendala untuk produksi embrio secara konvensional,” ungkapnya.

Baca juga: Harlah Ke-76, PC Muslimat NU Kota Magelang Santuni Anak Yatim dan Dhuafa

Keempat, disebutnya semen dari pejantan yang berbeda dapat digunakan untuk membuahi oosit dari ovarium seekor betina dan berpotensi menjadi embrio. Kelima, oosit untuk IVEP dapat diperoleh dari ovarium donor hidup melalui ovum pick up (OPU) atau dari ovarium yang merupakan hasil samping rumah potong hewan.

“Ovarium dari rumah potong hewan merupakan sumber oosit yang murah dan sekaligus memperpanjang pemanfaatan betina yang telah disembelih,” imbuhnya.

Baca juga: Bupati Lumajang Berharap Latihan Perang TNI Dapat Jadi Pengungkit Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Lumajang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *