Headline.co.id, Jogja ~ Jumlah penderita Alzheimer di Indonesia terus meningkat seiring bertambahnya populasi lanjut usia. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, lebih dari 4,2 juta penduduk Indonesia mengalami Alzheimer, menjadikannya salah satu tantangan kesehatan terbesar bagi masyarakat yang menua. Penyakit ini disebabkan oleh penurunan fungsi otak yang memengaruhi memori, perilaku, serta kemampuan berpikir.
Dalam wawancara, dokter geriatri dari Universitas Gadjah Mada (UGM), DR. dr. Probosuseno, Sp.PD-KGer(K), FINASIM., SE., MM., menjelaskan bahwa Alzheimer adalah penyakit degeneratif yang terjadi ketika jaringan otak pada penghantar sinyal saraf mengalami kerusakan, sehingga proses berpikir melambat. Ia mengidentifikasi 15 faktor risiko yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap Alzheimer, termasuk diabetes, hipertensi, kolesterol, obesitas, polusi, merokok, depresi, pendidikan rendah, gangguan pendengaran dan penglihatan, kurang olahraga, minim interaksi sosial, cedera kepala, kurang cahaya matahari, dan jarang beraktivitas di luar. “Faktor-faktor ini tidak membuat seseorang pasti terkena Alzheimer, tetapi meningkatkan kemungkinan terjadinya demensia,” jelas dr. Probo pada Selasa (25/11).
Dr. Probo menekankan bahwa aktivitas fisik adalah cara paling mudah dan terbukti efektif untuk menunda munculnya Alzheimer. Aktivitas tersebut tidak harus berat; berjalan kaki selama 30 menit sehari sudah memberikan dampak signifikan. Target langkah dapat disesuaikan dengan usia, yaitu 3.000–5.000 langkah untuk lansia dan 5.000–7.000 langkah untuk usia muda. “Tidak harus langsung setengah jam. Boleh dicicil 10 menit pagi, 7 menit sore sampai totalnya setengah jam sehari sudah cukup,” ungkapnya.
Ia juga merekomendasikan waktu ideal untuk beraktivitas fisik adalah pukul 07.00–10.00 karena cahaya matahari pagi membantu mengatur hormon suasana hati dan memperbaiki kualitas tidur. Untuk lansia yang memiliki keterbatasan gerak, aktivitas dapat dilakukan dengan pilihan yang lebih ringan, seperti senam otak, latihan otot sederhana, hingga gerakan tubuh dasar. “Yang terpenting tubuh tetap aktif karena kurang gerak justru mempercepat terjadinya demensia,” pesannya.
Lebih lanjut, dr. Probo memperkenalkan metode “MAS OK” sebagai rumus pencegahan Alzheimer sejak usia muda. M (Mother of Learning) menekankan kebiasaan membaca, mendengarkan, menulis, dan menjelaskan ulang untuk merangsang otak. A (Agama) menekankan doa, kegiatan spiritual, dan sujud yang dapat menstabilkan pikiran. S (Seni dan Sosial) mengajak seseorang terlibat dalam seni dan aktivitas sosial guna menjaga kesehatan mental.
Selain itu, dr. Probo merangkum pola hidup sehat melalui rumus “OK”, yang mencakup minum obat secara teratur bagi penderita penyakit kronis, melakukan kontrol kesehatan, membawa kartu identitas lansia, mempertahankan interaksi sosial, serta berolahraga konsisten. “Bisa disimpulkan, ya penanganan demensia Alzheimer itu tergantung sebabnya, karena pencegahan orang pikun itu bermacam-macam,” tutup dr. Probo.




















