Ketegangan Timur Tengah Memanas: Houthi Klaim Rudal Hipersonik, Saudi Serukan Tindakan Tegas
Headline.co.id, Jakarta – Ketegangan di Timur Tengah kembali memanas setelah kelompok Houthi Yaman mengklaim telah memperoleh rudal hipersonik yang diklaim mampu menembus sistem pertahanan udara Israel.
Pemerintah Saudi Arabia, yang mendukung pemerintahan Yaman melawan Houthi, mendesak dunia internasional untuk mengambil tindakan tegas menghentikan aliran senjata ke kelompok tersebut, yang diduga berasal dari Iran.
Saudi meyakini bahwa Iran telah memasok senjata kepada Houthi, termasuk yang digunakan dalam serangan terhadap kapal komersial di Laut Merah. Akibat serangan tersebut, lalu lintas kapal di Laut Merah berkurang hingga setengahnya, sehingga meningkatkan biaya transportasi maritim dan berdampak negatif pada perekonomian Mesir.
Sementara itu, di markas Houthi di Sana’a, para pemimpin kelompok tersebut merayakan serangan yang mereka tujukan ke Israel. Serangan tersebut menargetkan area terbuka di dekat Bandara Internasional Ben Gurion. Houthi menyatakan bahwa teknologi rudal tersebut dikembangkan oleh teknisi Yaman sendiri dan berjanji melancarkan lebih banyak serangan ke depannya.
Serangan ini terjadi setelah Houthi sebelumnya melontarkan peringatan mengenai serangan terhadap Israel. Namun, serangan rudal Houthi sebelumnya belum mampu menembus pertahanan udara Israel secara signifikan. Serangan sebelumnya yang berhasil menjangkau wilayah Israel terjadi pada Maret, ketika sebuah rudal menghantam area terbuka dekat pelabuhan Eilat di Laut Merah.
Pada serangan hari Minggu, Houthi meluncurkan drone buatan Iran ke Tel Aviv, menewaskan satu orang dan melukai 10 lainnya. Israel menggunakan sistem pertahanan Arrow dan Iron Dome untuk mencegat rudal Houthi. Namun, belum diketahui secara pasti apakah pencegatan tersebut berhasil.
Houthi, kelompok Syiah yang menguasai Sana’a sejak 2014, diduga menggunakan rudal balistik jarak menengah Qadr-110 atau Ghadr-110 buatan Iran. Iran telah berulang kali dituduh, termasuk oleh PBB, memasok senjata kepada Houthi untuk melawan pemerintah Yaman yang didukung Saudi di Aden.
Meskipun adanya gencatan senjata di Yaman, risiko pecahnya perang saudara berskala besar masih mengancam. Utusan khusus PBB Hans Grundberg menyatakan bahwa situasi di Yaman masih sangat rapuh.
Mantan kepala intelijen dan diplomat Saudi Turki al-Faisal mengecam dukungan Iran kepada Houthi. Ia menyerukan aksi internasional yang lebih kuat untuk menghentikan pasokan senjata ke kelompok pemberontak tersebut. Faisal menyoroti bahwa serangan terbatas yang dilakukan oleh pasukan AS dan Inggris di Laut Merah belum efektif.
Faisal memperingatkan bahwa dukungan Iran kepada Houthi mengancam stabilitas dunia di pintu masuk Bab al-Mandab ke Laut Merah. Ia juga menekankan bahwa Iran belum menunjukkan upaya nyata untuk menstabilkan kawasan.
Komandan Armada ke-5 AS di Timur Tengah, Laksamana Muda George Wikoff, mengatakan bahwa serangan sporadis oleh AS dan Inggris terhadap posisi Houthi di pantai Yaman belum mampu memulihkan lalu lintas kapal komersial.
Serangan Houthi telah menyebabkan penurunan 50% lalu lintas kapal di Laut Merah, yang menyebabkan perusahaan pelayaran harus mengalihkan kapal mereka ke jarak yang lebih jauh melewati Afrika, sehingga meningkatkan biaya perjalanan hingga jutaan dolar.
sumber: https://www.cnbcindonesia.com/news/20240916210516-4-572200/houthi-yaman-bombardir-israel-arab-saudi-malah-uring-uringan.