Kisah Tragis Pangeran Siam yang Terusir dan Bertransformasi Menjadi Tukang Kebun di Bandung
Headline.co.id, Jakarta – Bak roda yang terus berputar, kehidupan manusia memang penuh dengan lika-liku. Dari kejayaan menuju keterpurukan, atau sebaliknya. Begitu pula yang dialami oleh Pangeran Paribatra Sukhumbandhu, dari Kerajaan Siam (sekarang Thailand).
Hidup Paribatra di masa awal berjalan mulus. Sebagai putra Raja Chulalongkron, ia hidup bergelimang kemewahan di Istana Raja Bangkok. Puncak kariernya, ia memegang jabatan penting di pemerintahan sebagai Panglima Angkatan Laut, Menteri Dalam Negeri, dan penasihat raja.
Namun, pada 24 Juni 1932, terjadi kudeta yang menggulingkan kekuasaan ayahnya. Paribatra yang merupakan bagian dari keluarga kerajaan terdampak langsung. Ia terusir dari istana, meninggalkan tempat tinggalnya selama 50 tahun.
Bingung mencari tempat tinggal, Paribatra sempat berniat pindah ke Eropa. Namun, takdir membawanya ke Hindia Belanda pada Agustus 1932. Ia tiba di Batavia bersama istri, anak-anak, dan beberapa pengikut.
Kota Bandung yang sejuk dan asri menjadi pilihan Paribatra untuk menetap. Suasana kota itu sangat cocok untuknya sebagai pensiunan. Pejabat Hindia Belanda pun menghormatinya dan memberinya kebebasan di kota tersebut.
Paribatra yang terusir dari negaranya, ternyata masih membawa hobi berkebun yang terpendam. Ia mendirikan taman bunga yang indah di depan rumahnya. Taman tersebut menjadi tempat eksperimennya membudidayakan tanaman anggrek.
Berkat ketekunannya, Paribatra menjadi ahli anggrek yang terkenal. Ia memperkenalkan bibit anggrek baru yang disebarluaskan di Bandung. Menurut majalah Mooi Indie pada 1937, ia rela menjadi tukang kebun karena merasa Bandung masih miskin bunga.
Selain berkebun, Paribatra juga gemar berwisata ke berbagai daerah di Jawa, Sumatera, dan Bali. Jejak langkahnya selalu menjadi sorotan media. Namun, di balik kemewahan yang tampak, Paribatra selalu dihantui bayang-bayang pengasingan.
Kehidupan Paribatra Sukhumbandhu berakhir pada 18 Januari 1944 di Bandung. Ia wafat di usia 62 tahun dan dimakamkan di kota tersebut. Namun, pada 1948, jenazahnya dipulangkan ke tanah airnya untuk dikremasi di Istana Raja Bangkok.
Kisah Paribatra Sukhumbandhu merupakan pengingat bahwa roda kehidupan memang terus berputar. Keberuntungan suatu saat bisa tiba-tiba berbalik menjadi derita, namun semangat pantang menyerah akan selalu membawa harapan baru.
sumber: https://www.cnbcindonesia.com/entrepreneur/20240827115539-25-566686/pangeran-thailand-dikudeta-jadi-tukang-kebun-di-bandung-ri.