Text Khutbah Jumat Tema Ikhlas Jadi Kunci Kesempurnaan Puasa ~ Headline.co.id (Jakarta). Dalam menjalankan ibadah, keikhlasan menjadi pondasi utama yang menentukan diterima atau tidaknya amal seorang hamba. Tanpa keikhlasan, ibadah hanya menjadi aktivitas kosong tanpa nilai di sisi Allah. Hal ini berlaku dalam segala bentuk ibadah, termasuk puasa. Puasa yang dilakukan dengan penuh keikhlasan akan mengantarkan seorang hamba kepada derajat ketakwaan yang tinggi. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami dan menanamkan keikhlasan dalam berpuasa agar ibadah ini tidak sekadar menjadi rutinitas tahunan, tetapi juga sarana mendekatkan diri kepada Allah.
Baca juga: Hukum Mengorek Kuping dengan Cotton Bud di Siang Hari Ramadhan: Tinjauan Fikih dan Dasar Hukumnya
Ikhlas dalam puasa bukan hanya sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menjaga hati dari niat selain mencari ridha Allah. Allah SWT berfirman dalam hadis qudsi: “Puasa itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini menegaskan bahwa puasa memiliki kedudukan istimewa di sisi Allah, karena hanya Dia yang mengetahui keikhlasan seseorang dalam menjalankannya. Oleh sebab itu, keikhlasan dalam puasa harus senantiasa dijaga agar amal ibadah ini bernilai tinggi di hadapan-Nya.
Tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa keikhlasan adalah ruh dari ibadah puasa. Sebab, tanpa keikhlasan, puasa hanya menjadi sekadar aktivitas fisik yang melelahkan tanpa pahala di sisi Allah. Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali seseorang berpuasa bukan karena Allah, melainkan karena kebiasaan atau tekanan sosial. Padahal, nilai puasa yang sesungguhnya terletak pada ketulusan hati dalam menjalaninya. Keikhlasan inilah yang akan membedakan antara puasa yang diterima dan yang tertolak di sisi Allah. Oleh karena itu, mari kita terus melatih diri untuk berpuasa dengan penuh keikhlasan, agar ibadah ini benar-benar menjadi sarana penyucian jiwa dan peningkatan ketakwaan.
Berikut ini adalah Text Khutbah Jumat denganTema Ikhlas Jadi Kunci Kesempurnaan Puasa yang dilansir Headline Media dari NU Online:
Text Khutbah Jumat Tema Ikhlas Jadi Kunci Kesempurnaan Puasa
Khutbah I
الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي أَوْضَحَ لَنَا شَرَائِعَ دِيْنِهِ وَمَنَّ عَلَيْنَا بِتَنْزِيلِ كِتَابِهِ وَأَمَدَّنَا بِسُنَّةِ رَسُولِهِ، فَلِلّٰهِ الْحَمْدُ عَلَى مَا أَنْعَمَ بِهِ مِنْ هِدَايَتِهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى خَيْرِ الْإِنْسَانِ مُبَيِّنًا عَلَى رِسَالَةِ الرَّحْمَنِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ الْمَحْبُوْبِيْنَ جَمِيْعًا, وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مُوْقِنٍ بِتَوْحِيْدِهِ، مُسْتَجِيْرٍ بِحَسَنِ تَأْيِيْدِهِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ الْمُصْطَفَى، وَأَمِيْنُهُ الْمُجْتَبَي وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ إِلَى كَافَةِ الْوَرَى
أَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللّٰهِ اِتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الكَرِيْمِ: يَٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ اَمَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ
Baca juga: Apa Saja Rukun dan Tujuan Puasa Ramadan? Makna Mendalam di Balik Ibadah Siam
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Puasa Ramadhan diwajibkan saat nabi Muhammad SAW telah hijrah ke Madinah, tepatnya di tahun kedua Hijriyah. Ibadah puasa diwajibkan bagi kaum muslimin yang telah baligh, berakal, mampu dan suci dari haid maupun nifas. Jadi, mereka yang tidak memenuhi kriteria syarat tersebut tidak wajib menunaikan puasa.
Puasa adalah ibadah yang agung dan menjadi salah satu rukun Islam. Keagungan puasa merupakan sesuatu yang masyhur sebab puasa diklaim oleh Allah ta’ala sebagai ibadah milik-Nya. Sebagaimana firman Allah dalam Hadist Qudsi:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ فَهُوَ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ إِنَّمَا يَتْرُكُ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ مِنْ أَجْلِي
Artinya, “Semua amal ibadah manusia adalah untuknya kecuali puasa, karena puasa hanya untuk-Ku (Allah), dan Aku-lah yang akan langsung membalasnya. Ia meninggalkan makan dan minumnya semata untuk-Ku.” (HR Al-Bukhari dan Ahmad).
Baca juga: Doa Ramadan Hari ke-8: Menumbuhkan Kasih Sayang, Kedamaian, dan Persaudaraan
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah.
Hadist tersebut tidak hanya menunjukkan bahwa puasa adalah ibadah agung yang bisa diterima begitu saja, dalam penggalan kata terakhir dari hadist tersebut menunjukkan bahwa Allah hanya akan menerima puasa dari orang yang menahan makan dan minum karena tulus ikhlas mengikuti perintah-Nya. Puasa bukan sekadar mengikuti tradisi atau mencari pujian dari orang lain agar dianggap sebagai orang saleh yang berpuasa selama satu bulan penuh.
Oleh karenanya keihklasan adalah kunci puasa seorang hamba diterima oleh Allah ta’ala. Ikhlas sendiri merupakan “ruh” dari semua ibadah, termasuk puasa. Maka sudah sepatutnya bagi seorang muslim betul-betul memperhatikan keikhlasannya dalam beribadah khususnya dalam berpuasa. Sebagaimana Baginda nabi Muhammad SAW bersabda:
«مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ» متفقٌ عَلَيْهِ
Artinya: “Barangsiapa puasa di bulan Ramadhan dengan keimanan dan penuh ketulusan karena mencari Ridla Allah maka akan diampuni segala dosanya yang telah lalu.” (HR Bukhari Muslim)
Baca juga: Pengertian Qada dan Qadar dalam Islam: Belajar Memahami Takdir dan Kehendak Allah SWT
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah.
Orang yang ikhlas akan memiliki pola hidup yang lebih berkualitas dibanding lainnya. Ia akan lebih tenang menghadapi masalah, lega dengan setiap usahanya dan bersahaja dalam bertindak. Untuk mencapai keikhlasan ada dua cara:
Pertama, mengenal dan memahami Allah. Dengan mengenal dan memahami Allah, melalui sifat-sifat-Nya, maka seseorang akan paham dan merasakan betul bahwa hidupnya sangat bergantung kepada Allah. Keikhlasan pun akan muncul, bahkan akan mudah bersyukur tiada henti. Inilah langkah awal untuk bisa mengamalkan sikap ikhlas dalam kehidupan sehari-hari.
Maka tidak mengherankan apabila Imam Ahlusunnah wal Jamaah syekh Abil Hasan Al-Asy’ari menjadikan makrifat kepada Allah, dalam arti mengenal sifat-sifat-Nya, menjadi kewajiban pertama bagi orang mukallaf yakni orang yang berakal dan telah baligh. Sebab tidaklah bisa diterima oleh akal apabila seseorang diwajibkan untuk beribadah kepada Dzat yang belum dikenalinya.
Baca juga: Text Khutbah Jumat Singkat: Wujudkan Kesalehan Sosial, Bangun Karakter Muslim yang Kuat
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah.
Kedua, dengan selalu menelaah sejarah hidup orang-orang shaleh. Dengan melihat dan memahami kisah hidup orang-orang shaleh, maka seseorang bisa belajar sekaligus meniru keikhlasan dari mereka. Sebagaimana perkataan Sayyidah Rabi’ah al-‘Adawiyah yang dinukil oleh syekh Bujairami dalam kitab Hasyiyah Bujairami ‘ala Al-Khatib jilid 1 hal 18:
وَمِنْ ثَمَّ قَالَتْ رَابِعَةُ الْعَدَوِيَّةُ: مَا عَبَدْتُكَ طَمَعًا فِي جَنَّتِكَ وَلَا خَوْفًا مِنْ نَارِكَ إنَّمَا عَبَدْتُكَ امْتِثَالًا لِأَمْرِكَ
Artinya: “Oleh karena hal tersebut kemudian Sayyidah Rabi’ah al-‘Adawiyah berkata: Ya Allah, aku tidak menyembah-Mu karena berharap surga-Mu atau takut neraka-Mu, melainkan karena ketaatan akan perintah-Mu.”
Melihat bagaimana perkataan Sayyidah Rabi’ah al-‘Adawiyah ini, kita bisa menyadari luar biasanya tingkat ketulusan penghambaan dari seorang makhluk kepada sang Khaliq dalam beribadah. Tidak seperti kita yang selalu menghitung untung dan rugi dalam setiap amal perbuatan yang kita lakukan.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah.
Dari dua kiat tersebut, diharapkan kita bisa menjadi pribadi yang ikhlas dalam hal apapun, khususnya puasa di bulan Ramadhan tahun ini dan yang akan datang. Mari kita sadari bersama bahwa tidak ada kekuatan ibadah dan daya upaya menjauhi larangan kecuali semua atas izin Allah ta’ala.
Demikian khutbah Jumat singkat pada siang hari ini, semoga membawa kemanfaatan bagi kita semua. Semoga kita bisa menjalani puasa Ramadhan tahun ini dengan penuh keikhlasan mengharap Ridla Allah ta’ala. Aamiin Aamiin ya rabbal alamin.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Baca juga: Sejarah Kerajaan Islam Pertama di Nusantara: Menelusuri Jejak Kesultanan Perlak
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلَى إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلَى رِضْوَانِهِ. اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ. فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ، إِتَّقُوااللّٰهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللّٰهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ
فقَالَ تَعَالَى: إِنَّ اللّٰهَ وَمَلَآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِى، يَآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلٰيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ المَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرّٰحِمِيْنَ
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَاللّٰهِ، إِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشَآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَاذْكُرُوا اللّٰهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللّٰهِ أَكْبَرُ





















