Headline.co.id, Bengkulu ~ Tim Ekspedisi Patriot (TEP) dari Universitas Gadjah Mada (UGM) telah melakukan penelitian mengenai potensi komoditas perkebunan dan sumber pangan lokal di Kawasan Transmigrasi Muara Sahung, Kaur, Bengkulu. Penelitian ini merupakan kolaborasi UGM dan Kementerian Transmigrasi RI, yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan peternakan guna mendongkrak pendapatan ekonomi warga transmigran.
Dr. Ir. Sawitri, S.Hut., M.Sc., memimpin tim TEP UGM yang terdiri dari Marsetya Andhika, S.Hut., Fadila Rachma Susanti, S.Hut., Raihan Fauzie, S.Hut., dan Salsabila Firdaus Zahro, S.Hut. Mereka telah menyelesaikan kajian awal dan pengumpulan data melalui wawancara dengan masyarakat serta survei lapangan. Untuk memvalidasi hasil analisis, tim mengadakan Focus Group Discussion (FGD) pada 25 November di Kota Kaur.
FGD tersebut dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, termasuk Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dari Pemerintah Provinsi Bengkulu dan Kabupaten Kaur, camat dan kepala desa di Muara Sahung, kelompok tani, serta media lokal. Dr. Nasrur Rahman, S.Hut., M.Si., Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Kaur, menekankan pentingnya partisipasi aktif peserta FGD untuk memberikan masukan yang objektif dan konstruktif.
Daris Fahmaa Sutata, S.Hut., M.Sc., Ketua TEP UGM, menyampaikan potensi inovasi pengelolaan lahan pertanian dan peternakan melalui konsep Strategi Jangka Benah (SJB). Pendekatan ini dinilai relevan untuk Muara Sahung, terutama dalam memperkuat kelembagaan petani dan mengintegrasikan kopi, pinang, serta sawit ke dalam desain lanskap yang lebih produktif dan berkelanjutan.
Dr. Dwi Laraswati menambahkan bahwa dinamika pasar global terhadap komoditas berbasis lahan sangat dipengaruhi oleh standar keberlanjutan. Oleh karena itu, strategi pengembangan di kawasan ini perlu disesuaikan agar dapat bersaing di pasar regional dan internasional.
Dalam FGD, peserta memberikan masukan terkait pengembangan kapasitas petani, infrastruktur, sarana dan prasarana, pengolahan pascapanen, serta potensi pengembangan silvopasture. Mereka juga mengangkat isu pemasaran kopi yang sering kali menggunakan identitas daerah lain, sehingga nilai produk tidak sepenuhnya dinikmati Kabupaten Kaur.
Sawitri menyatakan bahwa kegiatan ini bertujuan menyelaraskan temuan analisis dengan pengalaman lapangan. TEP UGM berharap forum ini dapat memperkuat integrasi data, kebijakan, dan kebutuhan masyarakat, sehingga pengembangan kawasan dapat berjalan lebih terarah, inklusif, dan berkelanjutan.





















