Text Khutbah Jumat Singkat: Wujudkan Kesalehan Sosial, Bangun Karakter Muslim yang Kuat ~ Headline.co.id (Jakarta). Dalam setiap pelaksanaan ibadah Jumat, text khutbah Jumat singkat menjadi elemen penting yang harus disampaikan dengan jelas dan penuh hikmah. Khutbah Jumat bukan hanya sekadar syarat sahnya shalat Jumat, tetapi juga sebagai sarana penyampaian nasihat dan pengingat bagi kaum Muslimin. Oleh karena itu, text khutbah Jumat singkat harus disusun dengan baik agar tetap padat, singkat, namun memiliki makna yang mendalam bagi jamaah.
Baca juga: Bagaimana Hukum Wanita Umrah Sebelum Masa Iddah Habis? Apakah Diperbolehkan atau Tidak?
Text khutbah Jumat singkat sering kali mengangkat tema-tema penting dalam kehidupan sehari-hari, baik yang berkaitan dengan akidah, ibadah, akhlak, maupun muamalah. Sebuah text khutbah Jumat singkat yang baik harus dapat menyentuh hati jamaah, memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi, serta membangkitkan semangat untuk terus meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT.
Keunggulan dari text khutbah Jumat singkat adalah kemampuannya dalam menyampaikan pesan yang efektif tanpa bertele-tele. Dengan durasi khutbah yang relatif terbatas, seorang khatib harus mampu memilih kata-kata yang tepat agar text khutbah Jumat singkat tetap menarik dan tidak membosankan. Hal ini penting karena jamaah yang mendengarkan diharapkan dapat memahami isi khutbah dengan baik dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Baca juga: Menyelami Makna Ramadan: Ceramah Agama Edisi Khusus Bulan Suci yang Menginspirasi
Dalam pembuatan text khutbah Jumat singkat, penting bagi seorang khatib untuk memahami kebutuhan jamaah serta menyajikan materi yang relevan dan aktual. Dengan begitu, text khutbah Jumat singkat dapat menjadi media dakwah yang efektif, memberikan manfaat besar bagi umat Islam, serta memperkuat keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Berikut ini adalah Text Khutbah Jumat Singkat dengan tema “Wujudkan Kesalehan Sosial, Bangun Karakter Muslim yang Kuat.” yang dilansir Headline.co.id dari NU Online:
Baca juga: Gus Baha Ungkap Hikmah di Balik Tradisi Buka Puasa yang Fleksibel
Khutbah I
الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ، أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَام، أَمَّا بَعْدُ: فَيَاأَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ، اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى مَا هَدَاكُمْ لِلإِسْلاَمِ، وَأَوْلاَكُمْ مِنَ الْفَضْلِ وَالإِنْعَامِ، وَجَعَلَكُمْ مِنْ أُمَّةِ ذَوِى اْلأَرْحَامِ. قَالَ تَعَالَى: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
Jamaah yang dirahmati Allah
Ungkapan syukur merupakan suatu keharusan yang perlu kita sampaikan setiap waktu, mengingat banyaknya karunia dan nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Salah satu nikmat yang tidak dapat kita sangkal dan pasti kita rasakan saat ini adalah kesehatan dan umur yang panjang, yang memungkinkan kita untuk terus beribadah kepada-Nya. Selain itu, Alhamdulillah, kita akan segera menyambut bulan suci Ramadhan yang selalu kita nantikan kehadirannya.
Di dalam Al-Qur’an, khidmat sering disebut dengan istilah jihad dan dilakukan dengan dua hal; “bi amwalikum wa anfusikum,” dengan harta dan jiwa kalian. Allah berfirman:
وَّجَاهِدُوۡا بِاَمۡوَالِكُمۡ وَاَنۡفُسِكُمۡ فِىۡ سَبِيۡلِ اللّٰهِ ؕ ذٰ لِكُمۡ خَيۡرٌ لَّـكُمۡ اِنۡ كُنۡتُمۡ تَعۡلَمُوۡنَ
Artinya, “...dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. At-Taubah: 41).
Dalam konteks ini, Al-Qur’an selalu menyebutkan kata “amwalikum” (hartamu) sebelum “anfusikum” (jiwamu). Al-Qur’an mengajari kita untuk berkhidmat dengan harta sebelum dengan jiwa.
Tidak sedikit di antara kita yang sering rela mengorbankan nyawa tetapi tidak rela mengorbankan hartanya. Kita kerap mengorbankan kesehatan, tubuh bahkan jiwa, demi harta.
Karena itu, perkhidmatan dengan harta di dalam Islam lebih didahulukan daripada perkhidmatan dengan jiwa. Perkhidmatan dengan harta yang merupakan salah satu rukun Islam adalah mengeluarkan zakat.
Baca juga: Bacaan Doa Ramadan Hari Kelima: Memohon Rahmat, Ampunan, dan Pencerahan di Bulan Suci
Jamaah yang dirahmati Allah
Ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan ciri-ciri orang taqwa, selalu menyebut perihal zakat atau infaq di jalan Allah sebagai salah satu tandanya. Awal surah menyebutkan ciri-ciri orang taqwa sebagai orang yang mengimani yang gaib, menegakkan shalat, mengeluarkan infaq, dan mengimani kitab-kitab terdahulu.
Bulan Ramadhan memiliki banyak sebutan. Selain yang sudah sering kita dengar, Nabi Muhammad SAW juga menyebutnya sebagai “bulan kesabaran, bulan ampunan, dan bulan berbagi” atau yang dikenal dengan istilah “Syahrul Muwaasaat.” Di bulan ini, orang-orang yang kaya tidak hanya dituntut untuk berbagi harta dengan yang miskin, tetapi juga harus merasakan dan berempati terhadap penderitaan mereka. Mereka yang beruntung seharusnya berbagi kebahagiaan dengan mereka yang kurang beruntung.
Allah juga berfirman melalui lisan Rasulullah, “Puasa itu hanya untuk Aku.” Artinya, puasa adalah ibadah yang ditujukan khusus untuk Tuhan. Tidak ada bentuk pengabdian yang lebih mulia selain melayani makhluk-Nya. Mencintai Tuhan hanya bisa diwujudkan dengan mencintai sesama manusia. Oleh karena itu, amal yang paling dicintai oleh Tuhan di “Bulan Berbagi” ini bukan hanya ibadah ritual yang bersifat pribadi, tetapi juga ibadah yang menyebarkan kebahagiaan kepada banyak orang. Islam mendorong kita untuk tidak hanya saleh secara individu, tetapi juga secara sosial.
Baca juga: Sholawat Pembuka Pintu Rezeki: Mengukir Keberkahan dan Harapan di Bulan Ramadan
Jamaah yang dirahmati Allah
Kerja sosial harus selalu berlandaskan pada prinsip-prinsip filosofis yang ada. Kelompok sasaran yang kita sebut dalam dua belas klaster, yang dirangkum dalam 12-PAS, menjelaskan siapa saja dalam masyarakat yang berhak mendapatkan perlindungan dari negara. Hak-hak mereka sudah dijamin oleh konstitusi. Terlebih lagi, kita perlu berusaha membantu mereka agar bisa beralih dari kondisi yang sulit menuju kehidupan yang lebih mandiri dan bahagia.
Misalnya, dalam klaster yang berkaitan dengan perlindungan, rehabilitasi, dan pemberdayaan anak-anak yang bermasalah, kita juga memiliki dasar keagamaan. Kita harus memberikan perhatian yang serius kepada mereka. Sebab, Tuhan sudah mengingatkan kita bahwa anak-anak yang bermasalah bisa menjadi isu besar dalam menyiapkan generasi yang kuat, jika tidak segera ditangani.
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
Artinya, “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS An-Nisa: 9)
Kesadaran keagamaan penting bagi kita yang dikenal relijius. Ajaran bahwa orang beriman yang kuat lebih disukai oleh Tuhan dibandingkan yang lemah harus menjadi kesadaran bersama kita.
اَلْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنَ الْـمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ وَفِيْ كُلٍّ خَيْرٌ
Artinya, “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada Mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan.” (HR Muslim).
Maknanya juga, orang yang disukai Allah adalah mereka yang dengan kesadaran, berkenan suka rela mau meninggalkan situasi “menerima”, menjadi “pemberi”.
Oleh karena itu, di akhir bulan Ramadhan, sebelum salat Idul Fitri, semua kaum Muslim, baik yang kaya maupun miskin, yang sakit atau sehat, laki-laki dan perempuan, yang berkebutuhan khusus atau tidak, yang tinggal di daerah terpencil atau tidak, bahkan yang baru lahir sekalipun, diwajibkan untuk mengeluarkan hartanya untuk membayar zakat fitrah. Ibadah dan kewajiban membayar zakat fitrah ini menunjukkan betapa pentingnya bagi semua umat Islam untuk memberdayakan diri, meskipun hanya dengan memberikan sekian liter beras.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Baca juga: Bacaan Sholawat Agar Hujan Berhenti: Panduan Lengkap Doa Menenangkan Hati dan Mengundang Keberkahan
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إلٰهَ إِلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلَى رِضْوَانِهِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا المُسْلِمُوْنَ اِتَّقُوْا اللّٰهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى
وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللّٰهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَّى بِمَلآئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعَالَى إِنَّ اللّٰهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَّ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيَآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلَآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّٰهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيِّ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْ التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلَامَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَالمِحَنَ وَسُوْءَ الفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خَآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عَآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَ اِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللّٰهِ! إِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِيْ اْلقُرْبٰى وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوْا اللّٰهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللّٰهِ أَكْبَرُ وَ اللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ
Baca juga: Mengintip Keistimewaan Bulan Ramadan: Momentum Penuh Berkah, Ampunan, dan Kesempatan Mustajab

















