Dikukuhkan Sebagai Guru Besar, Prof. Santi Diminta Andil Turunkan Stunting hingga 14% ~ Headline.co.id (Jakarta). Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengukuhkan Prof. Dr. Moesjijanti Yudiarti Endang Soekatri, M.C.N. sebagai Guru Besar bidang Ilmu Gizi di Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II, Jumat (1/4) di gedung Kemenkes, Jakarta. Menkes Budi meminta profesor yang kerap disapa Prof. Santi itu untuk ikut andil turunkan kasus stunting hingga 14 persen.
Baca juga: Antisipasi Lonjakan Kasus Covid 19 Jelang Idul Fitri, Ketua Satgas Jelaskan Aturan Mudik Aman
Dalam orasi ilmiah dengan judul ‘Peran Ahli Gizi dalam Eradikasi Stunting Melalui Gerakan OVON (One Village One Nutritionist)’ Prof. Santi memberikan perhatiannya pada penurunan angka stunting di Indonesia.
Ia menjelaskan, untuk jangka pendek stunting dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas, serta menghambat fungsi kognitif. Sementara dalam jangka panjang stunting tidak saja berpengaruh pada fisik yang pendek tapi juga berisiko terhadap penyakit degeneratif serta menurunkan kesehatan reproduksi.
“Singkatnya stunting adalah gangguan pertumbuhan disertai dengan hambatan perkembangan pada masa kandungan ibu. Proses terjadi stunting bersamaan dengan hambatan pertumbuhan dan perkembangan organ vital lainya seperti otak, jantung, dan ginjal,” katanya.
Baca juga: Pemerintah Perbolehkan Tarawih di Mesjid dan Mudik Namun Tetap Terapkan Protokol Kesehatan Ketat
Akibatnya, stunting tidak saja menyebabkan gagal tumbuh tapi juga bisa mengalami gangguan metabolisme tubuh yang menyebabkan risiko menderita penyakit tidak menular di masa yang akan datang.
Dalam penelitiannya, Prof. Santi menyebut salah satu cara menurunkan stunting adalah dengan pendampingan bagi keluarga berisiko stunting. Pendampingan tersebut dilakukan oleh tenaga profesional di bidang gizi dan kesehatan.
“Selama 3 bulan keluarga dengan risiko stunting didamping oleh nutrisionis dengan 9 kali kunjungan lapangan melibatkan bidan desa, kader, Nakes, dan Puskesmas setempat,” ucap Prof. Santi.
Baca juga: Sambut Ramadan 1443 H, Wabup Lumajang Resmikan Musala Al-Mukmin di Desa Tempeh Lor
Pendampingan melibatkan 2.790 anak Baduta, 518 ibu hamil, 144 ibu hamil kekurang energi kronik (KEK), dan 840 ibu menyusui yang punya anak bayi 0-6 bulan.
Hasil menunjukkan keadaan yang cukup baik. Rerata Baduta dengan gizi pendek turun 6%, anak Baduta dengan gizi kurang menurun 3%, rerata ibu hamil dengan KEK turun 7,1%.
“Hal ini membuktikan bahwa pendampingan selama 3 bulan terhadap keluarga berisiko stunting memberikan bukti (adanya penurunan kasus stunting) bukan janji,” tutur Prof. Santi.
Baca juga: Sah! Pemerintah Tetapkan 1 Ramadhan 2022 Jatuh Minggu 3 April
Menanggapi hal tersebut, Menkes Budi mengaku bangga memiliki profesor di bidang ilmu gizi.
“Saya sangat bangga karena banyak teman-teman di Kemenkes tidak henti mencari ilmu dan mengembangkan kemampuannya,” kata Menkes Budi.
Baca juga: Posisi Hilal Awal Ramadan 1443 H Masih di Bawah Kriteria Baru Imkanur-Rukyah MABIMS
Dengan pendalaman di bidang gizi, lanjutnya, Prof. Santi dapat ikut andil dalam upaya mengejar target penurunan kasus stunting di Indonesia hingga 14%.
“Jadi Prof. Santi jangan kaget kalau nanti diajak video conference malam-malam atau week end untuk bantu bagaimana caranya kita mempercepat penurunan angka stunting ke angka 14 persen, kalau bisa lebih turun lagi,” kata Menkes Budi.
Baca juga: Ini Ketentuan Penyelenggaraan Ibadah Ramadan dan Idul Fitri 1443 H dari Kemenag



















