“Beda dengan beberapa tahun lalu, saat ini mereka lebih mengandalkan penyebaran paham radikal lewat media sosial ada facebook, instagram, twitter yang digunakan secara masif untuk rekruitmen,” terangnya.
Maka dari itu menurutnya harus ada kontra narasi agar virus ini tidak menyebar dan dapat mematikan virus ini.
“Paham ini penyakit komplikasi, dan butuh dokter spesialis dan kampanye perdamaian dari polisi juga mantan teroris seperti saya untuk melakukan edukasi ke masyarakat agar tidak terkena paham bahaya ini,” tambahnya.

Ditempat yang sama, Kapolda DIY Irjen Ahmad Dofiri mentampaikan kondisi kemajuan era digital, semua informasi dan pemberitaan tersebar di mana-mana, namun bersama dengan itu peradaban terjun bebas.
“Media sosial bertebaran di mana-mana, paham radikal pun beralih ke situ. Cukup dengan media sosial orang bisa bergabung ke paham radikal,” ujarnya.
Dengan diadakan FGD ini, Kapolda mengajak semua komponen masyarakat untuk memerangi paham radikal yang sudah menjadi ancaman negara ini.
Salah satu upaya lainya adalah melalui kerja sama dengan kementerian agama membagikan buku panduan ceramah agama ke Dai kamtibmas.
















