Headline.co.id, Tangerang ~ Dalam menghadapi tantangan industri logistik yang semakin kompleks, Soekarno Hatta Trade Facilitation Committee (STFC) mengusung visi baru yang menekankan kolaborasi regulator dan pelaku usaha. Andrianto Soedjarwo, yang baru terpilih sebagai Ketua Umum STFC untuk periode 2025-2028, menegaskan bahwa pendekatan kolaboratif ini menjadi strategi utama dalam menghadapi persaingan global di ekosistem Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Dalam pemilihan Ketua Umum STFC yang berlangsung ketat, Andrianto berhasil mengungguli dua kandidat lainnya dan mendapatkan dukungan mayoritas anggota. Kemenangannya ini memperkuat komitmennya untuk melanjutkan dan mengembangkan program strategis yang berfokus pada penguatan sinergi di sektor Kolaborasi Logistik Bandara Soekarno-Hatta.
“Kami memandang fenomena masuknya Tantangan Pemain Asing di Industri Logistik Indonesia bukan sebagai ancaman, melainkan peluang emas untuk membangun kemitraan yang saling menguntungkan,” ujar Andrianto dalam konferensi pers di Hotel Sheraton Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Rabu (19/11/2025). Ia menjelaskan bahwa dalam dua dekade terakhir, industri logistik bandara telah mengalami transformasi signifikan dengan kehadiran pemain asing yang membawa profesionalitas dan standar operasi baru.
Menghadapi situasi tersebut, Visi STFC Harmonisasi Kebijakan Perdagangan menjadi semakin penting. Andrianto menyoroti beberapa Regulasi Pemeriksaan Impor 100 persen Bea Cukai yang berpotensi mempengaruhi efisiensi logistik. “Kebijakan pemeriksaan impor 100 persen jika tidak dikelola dengan baik berisiko memperpanjang Dwelling Time Impor Bandara Soekarno-Hatta dan meningkatkan biaya logistik secara keseluruhan. STFC aktif berdialog dengan Bea Cukai untuk mencari formulasi yang tepat keamanan dan efisiensi,” jelasnya.
Dengan dibukanya Investasi Asing Sektor Logistik 2025 hingga 100 persen, Andrianto melihat perlunya pendekatan baru dalam menjaga keseimbangan kepentingan pemain lokal dan asing. STFC akan berperan sebagai jembatan komunikasi yang memfasilitasi dialog konstruktif regulator dan seluruh pelaku usaha, sekaligus menjadi wadah untuk menyelesaikan berbagai permasalahan operasional di lapangan.
“Visi kami jelas: menciptakan ekosistem logistik yang aman, komunikatif, dan terintegrasi. STFC harus menjadi mitra strategis pemerintah dalam memperlancar arus barang nasional, sekaligus menjaga daya saing industri logistik Indonesia di kancah global,” tandas Andrianto penuh optimisme. Transformasi menuju model kolaborasi ini diharapkan dapat menguatkan pondasi STFC dan membuat organisasi ini semakin relevan serta berperan nyata dalam memajukan logistik nasional, khususnya di Bandara Soekarno-Hatta sebagai gerbang perdagangan internasional Indonesia.





















