Syekh Hasan Masyath: Ulama Besar yang Lahir dan Wafat di Bulan Syawal ~ Headline.co.id (Jakarta). Bulan Syawal dalam sejarah Islam dikenal sebagai bulan yang sarat peristiwa besar dan penuh makna. Selain menjadi saksi berbagai peperangan penting seperti Perang Uhud, Khandaq, Hunain, dan Thaif, bulan ini juga mencatat momen kelahiran sekaligus wafatnya seorang tokoh besar dunia Islam: Syekh Hasan Masyath, ulama yang dijuluki Syaikhul ‘Ulama atau gurunya para ulama.
Baca juga: Hukum Crypto dalam Islam: Antara Inovasi Finansial dan Prinsip Syariah
Syekh Hasan Masyath lahir pada 3 Syawal 1317 Hijriyah di Makkah. Ia berasal dari keluarga Al-Masyath, yang dikenal sebagai keluarga ilmuwan besar di kota suci tersebut. Pendidikan agamanya dimulai dari ayahandanya sendiri, Sayyid Muhammad Masyath. Dari sinilah semangat keilmuannya tumbuh dan kemudian membawanya mengembara menimba ilmu di berbagai negeri.
Pada tahun 1329 H, Syekh Hasan menempuh pendidikan di Madrasah Shaulatiyyah, Makkah, sebuah lembaga pendidikan Islam ternama saat itu. “Salah satu keistimewaannya adalah kemampuannya menghafal semua matan pelajaran di luar kepala,” tulis salah satu muridnya dalam catatan biografi.
Baca juga: Hadits dan Keutamaan Puasa Syawal: Pelengkap Ibadah Ramadhan yang Sarat Berkah
Tak puas hanya menuntut ilmu di Makkah, Syekh Hasan melanjutkan rihlah ilmiyyah ke Sudan, Mesir, Suriah, dan Lebanon. Di Sudan, ia memenuhi undangan Syekh Ali Mairgini dan berguru kepada para ulama besar di sana. Sedangkan di Mesir, ia tercatat berguru kepada Syekh Imam Zahid Al-Kautsari, seorang tokoh besar dari Dinasti Utsmaniyah.
Perjalanannya ke Suriah juga tak kalah penting. Di sana, ia bertemu dan mengambil sanad dari ulama seperti Syekh Abdul Aziz Uyun Assud dan Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah. Dari Lebanon, ia melanjutkan studi ke berbagai penjuru dunia Islam, hingga kembali ke Makkah dengan bekal ilmu yang luar biasa.
Sebagai ulama besar, Syekh Hasan Masyath juga dikenal memiliki guru dari berbagai kalangan dan aliran. Ia mendapatkan sanad ‘ali dari tokoh-tokoh seperti Syekh al-Bajuri dan Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, serta sanad nazil dari lebih dari 100 ulama, yang sebagian besar dicantumkan dalam karya monumentalnya, at-Tsabat al-Kabir dan al-Irsyad bi Dzikri Ba’dhi ma li minal Ijazah wal Isnad.
Baca juga: Ketentuan Bayar Fidyah Puasa 1 Hari Berapa Kg Beras? Simak Penjelasan Lengkapnya
Tak hanya menjadi murid, Syekh Hasan juga sukses mendidik generasi penerus ulama. Di antara muridnya yang paling terkenal adalah Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki, Maulana Syekh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid, dan Syekh Yasin bin Isa Al-Fadani.
Produktivitas Syekh Hasan dalam menulis pun tak diragukan. Karyanya meliputi berbagai disiplin ilmu: dari fikih, hadits, hingga ilmu waris dan logika. Beberapa karya terkenalnya antara lain Al-Jawahir Ats-Tsaminah, Inaratud Duja, dan At-Tuhfat As-Saniyyah. Tak hanya berisi ilmu, kitab-kitab tersebut juga menjadi bukti kedalaman pemahaman dan penguasaannya terhadap berbagai cabang keilmuan Islam.
Menjelang akhir hayatnya, Syekh Hasan membangun sebuah masjid di samping rumahnya yang digunakan untuk kegiatan ibadah dan belajar Al-Qur’an. Namun, pada tahun 1399 H, ia jatuh sakit akibat gangguan saraf dan dirawat di rumah sakit Ahmad Zahir. Kondisinya yang memburuk membuat hanya segelintir orang yang diperbolehkan menjenguk. Pada hari Rabu, 7 Syawal 1399 H, Syekh Hasan Masyath menghembuskan napas terakhirnya dan dimakamkan di Ma’la, Makkah.
Baca juga: Menjelang Syawal 1446 H, Ini Doa Akhir Ramadhan dan Awal Bulan Syawal yang Dianjurkan
Warisan keilmuan dan perjuangan Syekh Hasan Masyath tak hanya dikenang melalui karya-karya dan murid-muridnya, tetapi juga melalui dedikasinya sebagai seorang ulama yang menjadikan ilmu sebagai jalan hidup. Sebagaimana ungkapannya dalam salah satu karya tulisnya, “Ilmu adalah warisan para nabi, dan mencintainya adalah tanda mencintai jalan kebenaran.”





















