Meneladani Konsep Puasa Ramadhan Ala KH. Sholeh Darat di Era Digital ~ Headline.co.id (Jakarta). Puasa Ramadhan bukan hanya sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga memiliki makna yang lebih mendalam. KH. Sholeh Darat, seorang ulama besar dari Semarang, memberikan penafsiran unik tentang puasa Ramadhan dengan merujuk pada konsep yang dikembangkan oleh Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumuddin.
Baca juga: Begini Niat Puasa Ramadhan Selama Sebulan Penuh Lengkap Arab, Latin, dan Artinya
KH. Sholeh Darat dikenal sebagai ulama yang menafsirkan Al-Qur’an menggunakan tafsir isyari, yakni metode tafsir yang menekankan makna tersirat dari ayat-ayat suci.
Melalui karya tafsirnya, Faidh al-Rahman, dijelaskan bahwa puasa bukan hanya ibadah fisik, tetapi juga melibatkan aspek spiritual dan sosial, yang relevan hingga era digital saat ini.
Baca juga: Hukum Barang Jatuh ke Kloset: Apakah Najis dan Bagaimana Menyucikannya?
Makna Puasa Ramadhan di Tengah Era Digital
KH. Sholeh Darat menguraikan konsep puasa dalam beberapa aspek yang dapat diterapkan dalam kehidupan modern, terutama dalam penggunaan teknologi dan media sosial:
- Saumu Lisan (Puasa Lisan) – Mengontrol ucapan, baik dalam percakapan langsung maupun dalam unggahan di media sosial. – Tidak menyebarkan ujaran kebencian, fitnah, atau berita hoaks.
- Saumu ‘Ain (Puasa Mata) – Menjaga pandangan dari konten-konten yang tidak edukatif dan berpotensi merusak moral. – Menghindari tayangan yang dapat menurunkan kualitas ibadah dan ketakwaan.
- Saumu Sami’ (Puasa Pendengaran) – Menyaring informasi yang diterima agar tidak mudah terpengaruh berita bohong atau propaganda negatif. – Menghindari mendengar hal-hal yang dapat memunculkan prasangka buruk atau permusuhan.
- Saumu Nafs (Puasa Hawa Nafsu) – Mengendalikan diri dari keinginan untuk mencari validasi sosial di dunia maya. – Tidak terjebak dalam budaya konsumtif yang sering dipromosikan melalui platform digital.
- Saumu Qalb (Puasa Hati) – Menjaga hati agar tetap tulus dalam beribadah dan menjauhkan diri dari sifat iri, dengki, serta kesombongan. – Menumbuhkan rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya dalam setiap aktivitas.
- Saumu Ruh (Puasa Ruhani) – Memastikan nilai-nilai Islam tetap menjadi pedoman dalam berinteraksi di era digital. – Menggunakan teknologi untuk menyebarkan kebaikan dan dakwah.
- Saumu Sirr (Puasa Batin) – Meletakkan tauhid sebagai pondasi utama dalam menjalani kehidupan, termasuk dalam menghadapi tantangan di dunia digital. – Memurnikan niat dalam setiap aktivitas agar tetap berorientasi pada ibadah dan ridha Allah.
Baca juga: Bagaimana Hukum Menjual Kembali Makanan Sisa? ini Jawabannya
Menjadikan Puasa sebagai Sarana Perbaikan Diri
Konsep puasa yang diajarkan oleh KH. Sholeh Darat memberikan pemahaman bahwa Ramadhan bukan hanya tentang ibadah personal, tetapi juga memiliki dimensi sosial yang luas.
Di era digital seperti sekarang ini, pengendalian diri dalam bersosial media, menyaring informasi, serta menjaga akhlak dalam berinteraksi menjadi bagian penting dari ibadah puasa.
Baca juga: Hukum Trading Crypto dalam Islam: Kontroversi dan Berbagai Pendapat Ulama
Sebagaimana pesan KH. Sholeh Darat dalam tafsir Faidh al-Rahman, puasa seharusnya menjadi momentum untuk meningkatkan kualitas diri, bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara mental dan spiritual.
Dengan memahami makna puasa dalam konteks modern, kita dapat menjadikan Ramadhan sebagai bulan refleksi dan perbaikan menuju pribadi yang lebih baik.
Artikel ini mengangkat pemikiran KH. Sholeh Darat dan menghubungkannya dengan tantangan era digital, sehingga lebih relevan bagi pembaca masa kini. Semoga bermanfaat!
Baca juga: Lirik dan Chord Sholawat Saduna Fidunya Lengkap Arti, Arab, Latin dan Sejarahnya




















