Headline.co.id, Jakarta ~ Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga/BKKBN), Wihaji, menegaskan bahwa Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting) telah menjadi salah satu upaya efektif dalam mempercepat penurunan angka stunting di Indonesia. Dalam peringatan satu tahun peluncuran Genting yang diadakan di Jakarta pada Rabu (10/12/2025), Wihaji menyampaikan apresiasi kepada 301.000 orang tua asuh yang telah berkontribusi dalam menyelamatkan lebih dari 1,5 juta keluarga di seluruh Indonesia.
Genting terinspirasi dari Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GNOTA) yang populer pada tahun 1960-an hingga 1970-an. “Saya laporkan kepada Bapak Presiden, dan Alhamdulillah beliau mengapresiasi karena program ini memungkinkan pergerakan cepat untuk kebutuhan mendesak,” ujar Wihaji. Ia menambahkan bahwa Genting mampu mengatasi berbagai hambatan regulasi yang sering kali menghalangi bantuan, seperti pembangunan rumah dan penyediaan air bersih.
Indonesia masih menghadapi tantangan besar dengan 8,6 juta Keluarga Berisiko Stunting (KRS) dan prevalensi nasional mencapai 19,84 persen. Stunting tidak hanya disebabkan oleh masalah gizi, tetapi juga sanitasi, air bersih, dan pernikahan dini. “Anak-anak yang lahir dari pernikahan usia 15–16 tahun hampir 99,9 persen berpotensi stunting meski gizinya baik. Ini menyadarkan kita bahwa pencegahan harus dimulai dari hulu,” jelas Wihaji.
Hanya 20 persen kasus stunting yang dapat dipulihkan, sementara sisanya bersifat permanen. Oleh karena itu, dukungan dari orang tua asuh sangat penting untuk menyelamatkan generasi mendatang. Selama setahun, Genting telah memberikan dampak signifikan melalui skema gotong royong pentaheliks, dengan 1,3 juta warga mendapatkan edukasi kesehatan dan gizi, serta 223.000 anak dan keluarga menerima bantuan asupan gizi, terutama di wilayah terpencil.
Di Papua dan NTT, pembangunan sumur bor dilakukan bersama TNI. Total bantuan yang disalurkan orang tua asuh mencapai Rp291 miliar, tanpa melalui kementerian untuk menghindari gratifikasi dan mempercepat bantuan langsung ke penerima manfaat. “Bapak Ibu adalah malaikat-malaikat baru yang menolong rakyat Indonesia,” ungkap Wihaji.
Selain Genting, negara juga melakukan intervensi besar-besaran melalui program Makan Bergizi Gratis (MBG). Hingga saat ini, 3,2 juta ibu hamil, ibu menyusui, dan balita non-PAUD telah menerima bantuan MBG yang didistribusikan setiap hari oleh 42.000 Tim Pendamping Keluarga (TPK). “Ini satu-satunya di dunia. Hanya Indonesia yang memberikan MBG langsung kepada ibu hamil,” tambahnya.
Mendukbangga berharap Genting terus diperkuat hingga tingkat provinsi, kabupaten/kota, dan desa. Ia menegaskan bahwa keluarga adalah unit terkecil negara, sehingga memperkuat keluarga berarti memperkuat masa depan Indonesia. “Kerjakan apa yang bisa dikerjakan. Jangan kebanyakan seminar. Turun ke lapangan, selesaikan masalah. Itu bagian dari kewajiban negara,” pesannya.
Genting merupakan program kolaborasi masyarakat untuk membantu Keluarga Berisiko Stunting melalui dukungan gizi, edukasi, dan pendampingan. Program ini diluncurkan untuk mempercepat penurunan angka stunting di Indonesia dengan melibatkan berbagai pihak sebagai orang tua asuh. Tujuannya adalah menggerakkan partisipasi masyarakat secara gotong royong untuk mencegah stunting pada ibu hamil, ibu menyusui, dan balita. Sasaran utama program ini adalah keluarga berisiko stunting, terutama ibu hamil, ibu menyusui, dan balita usia 0-23 bulan dari keluarga kurang mampu. Dukungan yang diberikan meliputi bantuan gizi, edukasi, dan pendampingan khusus, dengan pelaksana yang berasal dari berbagai kalangan seperti BUMN, BUMD, swasta, individu, organisasi masyarakat, perguruan tinggi, dan komunitas.



















