Headline.co.id, Jakarta ~ Prof. Stella Christie, yang menjabat sebagai Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Riset (Wamen Diktisaintek) RI, menyampaikan pidato kunci pada Konferensi International Association of Business Communicators (IABC) Indonesia di Jakarta, Senin (8/12/2025). Dalam pidatonya, ia menekankan pentingnya membangun pemikir digital yang berpusat pada manusia. Prof. Stella menyoroti bahwa penyebaran hoaks yang masif di ranah digital harus dilawan melalui edukasi, riset, dan bukti empiris agar tantangan akurasi informasi dan komunikasi di Indonesia dapat diatasi secara signifikan.
“Hoaks merupakan ancaman yang sangat besar dan salah satu yang paling serius di Indonesia. Ajang IABC Indonesia Conference ini merupakan saat yang tepat untuk kita bicarakan bersama,” ujar Prof. Stella. Ia juga menyoroti masalah inti model bisnis berbagai platform media sosial yang memonetisasi perhatian, di mana algoritma dirancang untuk memaksimalkan keterlibatan, bukan akurasi. “Dalam ekosistem digital, teknologi dapat mempercepat pesan, tetapi hanya kemanusiaan yang dapat memperdalam makna. Di era AI, komunikasi strategis tidak cukup hanya akurat, namun harus empatik, etis, dan berpihak pada hak asasi manusia,” tambahnya.
Prof. Stella mengingatkan bahwa kita harus waspada dan berhati-hati dalam merespons dinamika ini. “Realita yang kita hadapi sekarang tentang framing sangat kontekstual dengan tema konferensi ini, yaitu Strategic Communications at the Heart of Trust, Humanity, and Digital Impact. Saat kita ingin meraih kepercayaan namun tidak paham cara menciptakan dampak secara digital, maka upaya tersebut sulit tercapai. Kita harus bisa mengantisipasi derasnya hoaks dan framing, dengan kesigapan, namun juga hati-hati,” jelasnya.
Sementara itu, Wamenkes Dante menyampaikan apresiasi terhadap IABC yang telah membangun komunikasi kesehatan yang dapat menjangkau ruang publik yang lebih luas. “Kepercayaan adalah aset yang paling berharga di dalam dunia kesehatan sekaligus yang paling rapuh. Karena itu, saya menyambut baik tema yang diselenggarakan IABC untuk mengangkat topik komunikasi di bidang kesehatan,” ujarnya.
Di sisi lain, Bank Mandiri melihat penguatan inovasi digital sebagai bagian dari upaya menjaga stabilitas dan mendorong akselerasi ekonomi nasional. Dengan mengintegrasikan prinsip ESG ke dalam pengembangan layanan, Bank Mandiri membangun ekosistem finansial yang lebih efisien, inklusif, dan adaptif terhadap dinamika ekonomi. Hal ini juga bertujuan untuk memperluas akses layanan keuangan bagi rumah tangga, UMKM, dan sektor produktif yang menjadi pendorong pertumbuhan PDB. “Pemanfaatan teknologi untuk literasi, transparansi transaksi, dan mitigasi risiko juga mendukung kebijakan pemerintah dalam memperkuat stabilitas sistem keuangan di tengah ketidakpastian global,” ujar Monica Yoanita Octavia, Senior Vice President Environmental, Social & Governance Bank Mandiri.
Abdullah Fahmi, VP Corporate Communication & Social Responsibility Telkomsel Indonesia, menekankan bahwa transformasi digital tidak cukup hanya dengan jaringan yang kuat. Sementara itu, Danone Indonesia berhasil mendefinisikan ulang dampak komunikasi terhadap keberlanjutan bisnis. “Rahasia formula komunikasi yang berdampak adalah empati, baik saat melindungi maupun promosi. Di Danone Indonesia, kami berbicara dengan bahasa audiens yang kami tuju, memastikan pemahaman yang membentuk persepsi publik yang positif, dan pada akhirnya, komunikasi yang memperkuat keberlanjutan bisnis,” ujar Arif Mujahidin, Corporate Communication Danone Indonesia.
Elvera menutup IABC Indonesia Conference dan Awards dengan membagikan pesan kunci bagi profesional komunikasi di tanah air. “Ketika survei dunia menunjukkan publik mulai meragukan apa yang mereka lihat dan dengar, tugas komunikator adalah memulihkan kepercayaan dengan transparansi, integritas, dan keberanian mengakui keterbatasan. Humanity adalah kompasnya. AI mungkin mempercepat dunia, tetapi hanya humanity yang dapat menstabilkannya. Ke depan, komunikator Indonesia perlu berdiri di garis depan yang menghubungkan data dengan empati, teknologi dengan etika, dan inovasi dengan tanggung jawab sosial. Komunikasi yang berakar pada kepercayaan, kemanusiaan, dan dampak digital adalah fondasi kepemimpinan yang diharapkan mampu menginspirasi tindakan,” ujar Elvera.
Dengan semakin kompleksnya tantangan digital, IABC Indonesia menegaskan komitmennya untuk menjadi rumah bagi para komunikator yang ingin memimpin dengan etika, empati, dan dampak nyata bagi masyarakat.





















