Headline.co.id, Yogyakarta ~ Badan Standardisasi Nasional (BSN) memperkuat posisi Indonesia dalam pengembangan standar global industri ubin keramik dengan menjadi tuan rumah The 33rd Plenary Meeting and Working Group Meetings of ISO/TC 189 Ceramic Tiles. Acara ini berlangsung di Yogyakarta pada 13–14 November 2025. Forum ini menjadi kesempatan strategis bagi Indonesia untuk memperkuat posisinya dalam standardisasi internasional dan meningkatkan daya saing industri manufaktur nasional.
Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala BSN, Y. Kristianto Widiwardono, menekankan pentingnya standardisasi internasional sebagai acuan teknis untuk menjamin mutu produk dan sebagai instrumen strategis dalam menciptakan perdagangan global yang adil dan transparan. “Standardisasi internasional menjadi krusial, bukan hanya sebagai acuan teknis produk ubin keramik, tetapi juga sebagai instrumen strategis untuk memfasilitasi perdagangan yang adil, memastikan transparansi, kepercayaan, dan kompatibilitas di seluruh pasar,” ujar Kristianto saat membuka pertemuan tersebut.
Kristianto menjelaskan bahwa BSN telah mengadopsi 16 standar ubin keramik internasional ke dalam Standar Nasional Indonesia (SNI), termasuk SNI ISO 13006:2018. Dengan demikian, produk ubin keramik yang ber-SNI memiliki kualitas yang setara dengan standar ISO dan diakui secara global. “Penerapan SNI yang harmonis dengan standar ISO akan memperkuat daya saing industri ubin keramik nasional sekaligus melindungi konsumen dari produk yang tidak memenuhi persyaratan mutu,” tambahnya.
Menurut data dari Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (ASAKI), kapasitas produksi ubin keramik nasional telah mencapai lebih dari 650 juta meter persegi per tahun, menempatkan Indonesia dalam sepuluh besar produsen ubin keramik dunia. Industri ini menjadi pilar penting sektor manufaktur, menyerap ribuan tenaga kerja, dan berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Dalam dua dekade terakhir, industri ubin keramik global tumbuh pesat hingga mencapai 15,9 miliar meter persegi per tahun, dengan kawasan Asia menyumbang sekitar 70 persen produksi dunia. Pertumbuhan ini didorong oleh urbanisasi, ekspansi sektor konstruksi, dan meningkatnya kesadaran akan keberlanjutan lingkungan.
Forum ISO/TC 189 di Yogyakarta dihadiri oleh 72 delegasi dari 16 negara, termasuk Tiongkok, India, Italia, Spanyol, Amerika Serikat, dan Indonesia. Para delegasi berdiskusi dalam 11 kelompok kerja (Working Group) yang membahas sembilan draf standar terbaru mengenai metode pengujian, spesifikasi produk, sistem instalasi, keberlanjutan, dan pengurangan jejak karbon.
Beberapa dokumen yang dibahas di antaranya ISO/CD 10545-22, ISO/DIS 10545-25, ISO/PWI 13006, ISO 13007-1, ISO/AWI 13087, hingga ISO/DIS 17889-3 yang berkaitan dengan kriteria keberlanjutan. Standar-standar tersebut diharapkan dapat memperkuat konsistensi kualitas dan keselamatan produk ubin keramik global.
Kristianto juga menegaskan komitmen Indonesia untuk terus menyelaraskan kebijakan nasional dengan standar internasional guna mendukung sektor industri yang adil, kompetitif, dan berkelanjutan. “Melalui sinergi global dalam pengembangan standar, kita dapat mewujudkan industri ubin keramik yang tangguh, berdaya saing, dan berkelanjutan,” pungkasnya.
Pertemuan ini diselenggarakan berkat kolaborasi BSN, ISO, dan ASAKI, serta menjadi bukti nyata keaktifan Indonesia dalam memperkuat diplomasi teknis di bidang standardisasi, sejalan dengan visi pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat pertumbuhan industri berbasis mutu di kawasan Asia.





















