Headline.co.id (Jakarta) ~ Kementerian Kesehatan RI menekankan pentingnya menjaga kesehatan fisik dan jiwa secara seimbang agar masyarakat dapat beraktivitas optimal. Hal itu disampaikan Ketua Tim Kerja Promosi Kesehatan Jiwa dan Kemitraan Kemenkes, Yunita Restu Safitri, dalam Orientasi Kesehatan Jiwa P3LP pada Rabu (17/9/2025). Pemerintah kini mendorong penerapan Pertolongan Pertama Psikologis (P3LP) di berbagai lini, mulai dari sekolah, kampus, tempat kerja, hingga komunitas. Upaya ini dilakukan karena gangguan kesehatan jiwa tercatat sebagai penyebab kedua terbesar ketidakmampuan beraktivitas sehari-hari di Indonesia.
Yunita menjelaskan bahwa kesehatan jiwa seseorang dipengaruhi banyak faktor, baik biologis, psikologis, maupun sosial. Setiap individu memiliki ketahanan berbeda dalam menghadapi tekanan, sehingga dukungan sejak dini sangat penting. “Gangguan jiwa tidak selalu terlihat jelas. Depresi, kecemasan, bahkan skizofrenia banyak dialami masyarakat, tetapi sering kali tidak dikenali sejak awal,” ujarnya.
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan 2 persen penduduk usia di atas 15 tahun mengalami masalah kesehatan jiwa, sementara 0,25 persen pernah berpikir mengakhiri hidup. Namun, hanya 2,6 persen yang mengakses layanan kesehatan jiwa. Yunita menegaskan kondisi tersebut ibarat fenomena gunung es, di mana jumlah kasus yang tidak terlihat jauh lebih besar dibanding yang tampak.
Lebih jauh, Yunita menyoroti dampak media sosial terhadap generasi muda. Akses internet yang berlebihan tanpa pendampingan dapat meningkatkan risiko depresi dan kecemasan, meski di sisi lain bisa menjadi sarana edukasi positif. Oleh karena itu, diperlukan keterlibatan keluarga dalam memberikan pengasuhan positif yang mendukung tumbuh kembang mental anak.
P3LP, menurut Yunita, bukanlah terapi atau diagnosis, melainkan dukungan awal yang bisa diberikan siapa saja. Prinsipnya meliputi memperhatikan perubahan perilaku, mendengarkan dengan empati, serta menghubungkan individu dengan tenaga profesional bila dibutuhkan. “Kalau seseorang sudah mendengar suara atau berbicara sendiri, itu sudah ranah profesional. P3LP adalah langkah awal agar masalah tidak berkembang lebih parah,” tegasnya.
Melalui orientasi kesehatan jiwa, pemerintah berharap seluruh sektor dapat berperan aktif menjadi garda terdepan dalam mendukung kesehatan mental masyarakat. “Kesehatan jiwa tidak boleh lagi dianggap tabu. Dukungan sederhana bisa sangat berarti agar masalah tidak berkembang lebih serius,” pungkas Yunita.





















