Headline.co.id (Kesehatan) ~ Imunisasi adalah salah satu langkah paling penting dalam menjaga kesehatan anak sejak dini. Namun, di tengah berbagai jenis vaksin yang tersedia, tak sedikit orang tua bingung membedakan antara imunisasi wajib dan imunisasi tambahan. Keduanya sama-sama bertujuan memberikan perlindungan terhadap penyakit menular, tetapi ada perbedaan penting dalam cakupan, pembiayaan, dan urgensinya.
Baca juga: RSIY PDHI Jadi Pusat Pelayanan KB Serentak Harganas ke-32 di DIY, Antusiasme Warga Tinggi
Agar tidak salah paham atau melewatkan vaksin yang dibutuhkan si kecil, mari kita bahas apa itu imunisasi wajib dan tambahan, serta mana yang sebaiknya Anda prioritaskan.
Apa Itu Imunisasi Wajib?
Imunisasi wajib adalah vaksinasi yang direkomendasikan oleh pemerintah sebagai bagian dari program imunisasi nasional. Di Indonesia, imunisasi wajib dikoordinasikan oleh Kementerian Kesehatan dan biasanya ditanggung penuh (gratis) melalui fasilitas kesehatan pemerintah atau yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
Jenis-jenis imunisasi wajib ini dipilih karena mampu mencegah penyakit berbahaya yang berisiko tinggi menyebabkan wabah, kematian, atau kecacatan jangka panjang. WHO dan UNICEF mendorong setiap negara untuk menjamin cakupan vaksin dasar secara merata agar terbentuk kekebalan kelompok (herd immunity).
Baca juga: RSIY PDHI Jadi Garda Medis Kejurnas Gelora Taekwondo Indonesia 2025 di GOR Amongrogo Jogja
Imunisasi wajib di Indonesia meliputi:
- Hepatitis B (HB-0): diberikan saat bayi baru lahir
- BCG: untuk mencegah tuberkulosis
- DTP-HB-Hib: kombinasi vaksin untuk difteri, tetanus, pertusis, hepatitis B, dan Haemophilus influenzae tipe b
- Polio: OPV (oral) dan IPV (injeksi)
- Campak-Rubella: untuk mencegah campak dan rubella
Semua vaksin tersebut diberikan sesuai jadwal nasional yang ditentukan dan biasanya sudah tercatat dalam buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak).
Baca juga: Berapa Kuota Haji 2026? Begini Kata Dirjen PHU Kemenag
Apa Itu Imunisasi Tambahan?
Sementara itu, imunisasi tambahan adalah vaksin yang tidak masuk dalam program imunisasi dasar nasional, tetapi tetap direkomendasikan oleh lembaga medis seperti Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Centers for Disease Control and Prevention (CDC), dan World Health Organization (WHO).
Imunisasi tambahan umumnya diberikan secara opsional dan biayanya ditanggung sendiri oleh orang tua. Meski tidak wajib secara administratif, vaksin tambahan ini sangat disarankan, terutama jika anak memiliki risiko tertentu atau tinggal di wilayah dengan tingkat penularan penyakit yang tinggi.
Baca juga: 97 WNI Berhasil Dievakuasi dari Iran, Menlu Sugiono: Perjalanan Aman dan Lancar
Contoh imunisasi tambahan:
- PCV (Pneumokokus): mencegah pneumonia, meningitis, dan infeksi telinga tengah
- Rotavirus: mencegah diare berat akibat infeksi rotavirus
- Influenza: diberikan setiap tahun untuk mencegah flu
- HPV: untuk mencegah kanker serviks (dianjurkan pada remaja)
- Tifoid: mencegah demam tifus, terutama untuk anak usia sekolah
- Varicella: mencegah cacar air
- Hepatitis A: mencegah infeksi hati akibat virus hepatitis A
Beberapa imunisasi tambahan kini mulai diberikan di wilayah tertentu melalui program perluasan imunisasi nasional.
Baca juga: PIS Siapkan Jalur Alternatif Hadapi Konflik Iran-Israel, Pastikan Pasokan Energi Tetap Aman
Mana yang Harus Diprioritaskan?
Jika Anda harus memilih, imunisasi wajib harus menjadi prioritas utama, karena vaksin-vaksin ini melindungi dari penyakit yang sangat berbahaya, menular cepat, dan berdampak besar pada masyarakat.
Namun, imunisasi tambahan bukan berarti tidak penting. Banyak penyakit yang dicegah oleh vaksin tambahan dapat menyebabkan komplikasi serius atau biaya pengobatan yang tinggi. Misalnya, pneumonia dan diare adalah penyebab utama kematian anak balita secara global menurut WHO.
Apabila kondisi memungkinkan, sangat dianjurkan untuk melengkapi imunisasi anak dengan vaksin tambahan. Anda juga bisa berkonsultasi dengan dokter anak untuk menentukan mana yang paling relevan dengan kondisi anak dan lingkungan tempat tinggal.
Konsultasi Imunisasi Kini Bisa Dilakukan dari Rumah
Bagi orang tua yang ingin memastikan imunisasi anak sudah sesuai jadwal, atau bingung memilih vaksin tambahan yang dibutuhkan, Anda bisa berkonsultasi langsung dengan dokter melalui aplikasi Halodoc.
Imunisasi bukan hanya soal kewajiban, tapi juga investasi kesehatan jangka panjang. Setiap vaksin yang diberikan kepada anak bukan hanya melindunginya dari penyakit hari ini, tetapi juga membantu membentuk sistem kekebalan yang kuat untuk masa depan. Dengan imunisasi yang lengkap, risiko anak terkena penyakit infeksi serius seperti pneumonia, campak, atau meningitis bisa ditekan secara signifikan.
Lebih dari itu, imunisasi juga berdampak pada kualitas hidup anak secara keseluruhan. Anak yang sehat memiliki peluang lebih besar untuk tumbuh optimal, belajar dengan baik, dan beraktivitas tanpa hambatan akibat penyakit yang sebetulnya bisa dicegah.
Baca juga: Polres Bantul Meriahkan Hari Bhayangkara ke-79 Lewat CFD dan Layanan Publik di Lapangan Paseban
Referensi:
- Centers for Disease Control and Prevention. (2023). Child and Adolescent Immunization Schedule. Retrieved from https://www.cdc.gov/vaccines/schedules/hcp/imz/child-adolescent.html
- World Health Organization. (2023). Immunization coverage. Retrieved from https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/immunization-coverage
- UNICEF. (2023). Vaccines and the diseases they prevent. Retrieved from https://www.unicef.org/indonesia/health/vaccines-and-diseases-they-prevent





















