Headline.co.id (Gunungkidul) ~ Beredar kabar bahwa Kepala Sekolah SMPN 7 Mojokerto ditahan oleh pihak kepolisian setelah insiden tragis tenggelamnya siswa di Pantai Drini, Selasa (28/1/2025). Namun, informasi tersebut dibantah langsung oleh Kasat Reskrim Polres Gunungkidul, AKP Ahmad Mirza.
Baca juga: Ketua Takmir Masjid di Girimulyo Meninggal Dunia, Diduga Terjatuh dari Atap
Mirza menegaskan bahwa kabar soal penahanan kepala sekolah SMPN 7 Mojokerto adalah tidak benar. Pihak kepolisian tidak menahan yang bersangkutan, baik di tingkat Polres maupun Polda.
“Informasi yang beredar tidak benar. Posisi kepala sekolah tidak ditahan baik di Polda maupun Polres,” ujar Mirza dalam keterangannya, Jumat (31/1/2025), dikutip headline dari Kompas.com.
Baca juga: Ketua RT di OKU Tewas dengan Luka Tusukan, Polisi Selidiki Motif Pembunuhan
Polisi Lakukan Pemeriksaan Lanjutan
Untuk mengusut insiden yang menewaskan empat siswa ini, Mirza mengungkapkan bahwa pihak kepolisian telah mengirimkan surat undangan pemeriksaan kepada pihak sekolah dan agen travel yang mengatur perjalanan tersebut.
“Hari ini kita mengirim surat undangan kepada pihak sekolah dan travel agent,” jelasnya.
Sejauh ini, kepolisian telah meminta klarifikasi dari berbagai pihak yang terlibat dalam kejadian ini, termasuk kepala sekolah, pihak agen travel, dan Tim SAR yang bertugas di lokasi kejadian. Penyidik tengah mendalami apakah ada unsur kelalaian dalam insiden tersebut.
“Masih didalami terkait unsur kelalaiannya,” tambah Mirza.
Kondisi Siswa yang Selamat
Di sisi lain, Pj Wali Kota Mojokerto, Moh Ali Kuncoro, menyampaikan bahwa dari sembilan siswa yang selamat, dua di antaranya masih menjalani perawatan medis di rumah sakit. Namun, kondisi mereka dikabarkan semakin membaik.
“Update terkini, kita pastikan kondisi kedua korban sudah semakin membaik dan Ainoah Reza hari ini diizinkan pulang,” ungkapnya, Kamis (30/1/2025).
Ia juga menegaskan bahwa seluruh biaya perawatan korban akan ditanggung sepenuhnya oleh Pemerintah Kota Mojokerto.
“Apapun terkait masalah kejadian ini, menjadi tanggung jawab dan beban Pemerintah Kota Mojokerto,” ujarnya.
Sebagai tindak lanjut, Pemkot Mojokerto akan melakukan pembatasan kegiatan outing class bagi sekolah-sekolah di wilayahnya untuk mencegah kejadian serupa.
Baca juga: Kecelakaan di SPBU Gejayan: 6 Kendaraan Rusak, Balita Terluka Akibat Tabrakan Beruntun
“Kita lakukan pembatasan, bukan pelarangan, karena ini bagian dari Kurikulum Merdeka Belajar. Namun, ke depan akan ada evaluasi terkait pemilihan lokasi kegiatan,” jelasnya.
Permintaan Terakhir Alfian
Dalam tragedi ini, empat siswa SMPN 7 Mojokerto meninggal dunia setelah terseret ombak di Pantai Drini. Mereka adalah Alfian Aditya Pratama (13), Malfen Yusuf Adhi Dilaga (13), Bayhaki F (13), dan Rifky Yudha Pratama (13).
Keluarga korban masih berduka atas kepergian anak-anak mereka. Ayah Alfian, Mad Arif (41), mengenang permintaan terakhir putranya sebelum berangkat ke Gunungkidul.
Baca juga: Tragis! Seorang Pria di Gamping Tega Habisi Nyawa Ibu Kandungnya, Jasad Dibuang di Kebun
“Anaknya minta dibelikan sandal putih bersih sama dompet baru. Saya antarkan ke pasar dekat rumah, dia yang memilih sendiri,” ungkapnya, Selasa (28/2/2025).
Selain itu, Alfian juga sempat memotong rambut sehari sebelum keberangkatan dan berkomunikasi dengan orang tuanya melalui video call saat berada di dalam bus.
“Saya video call, dia duduk di tengah. Kami juga sempat datang ke sekolah untuk melepas keberangkatan rombongan,” kenangnya.
Kini, keluarga hanya bisa merelakan kepergian anak-anak mereka dan berharap kejadian serupa tidak terulang di masa depan. Pihak kepolisian masih terus mengusut kasus ini untuk mencari titik terang atas insiden tragis tersebut.
Baca juga: Belasan Karyawan Toko Elektronik di Sleman Ditangkap, Rugikan Perusahaan Ratusan Juta Rupiah





















