Kenaikan Defisit RAPBN 2025 Tak Ganggu Pasar Modal, Kata Pengamat
Jakarta – Pengamat pasar modal Budi Frensidy menilai bahwa kenaikan asumsi defisit pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025 tidak akan berdampak negatif pada pasar modal.
“Persentase defisit tidak jauh berbeda dari sebelumnya, jadi tidak masalah dalam hal ini,” ujar Budi Frensidy kepada Headline.co.id, Senin (27/2/2023).
Menurut Budi, kepercayaan pasar dan masyarakat masih akan tetap terjaga seiring dengan naiknya defisit. Nilai defisit dalam RAPBN 2025 diproyeksikan mencapai 2,53 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau Rp616,2 triliun.
Selain defisit, Budi juga menilai asumsi suku bunga tidak banyak berubah sehingga kemungkinan tidak akan memicu volatilitas pasar.
“Pemerintah sepertinya tidak begitu optimistis terhadap kondisi perekonomian kita tahun depan,” kata Budi.
Hal itu tercermin dari asumsi nilai tukar rupiah yang diproyeksikan berada di kisaran Rp16.100 per dolar AS pada tahun depan. Menurut Budi, hal ini menunjukkan bahwa pemerintah bersikap realistis, meski sedikit pesimistis.
“Tidak sulit untuk memastikan (asumsi) ini tercapai,” ucapnya.
Budi berharap pemerintahan baru dapat menjaga nilai tukar rupiah di bawah Rp16 ribu per dolar AS. Ia juga mengharapkan pertumbuhan ekonomi dapat mencapai 6 persen atau lebih.
“Pesan saya, jaga rasio utang tetap di bawah 40 persen dan defisit maksimal 3 persen,” imbuh Budi.
sumber: https://www.antaranews.com/berita/4270543/kenaikan-defisit-pada-rapbn-2025-tak-jadi-masalah-bagi-pasar-modal.





















