Headline.co.id, Surabaya ~ Tim Kesehatan Provinsi Jawa Timur yang tergabung dalam Emergency Medical Team (EMT) Jawa Timur terus memberikan layanan kesehatan kepada warga terdampak banjir di Gampong Beurawang, Kecamatan Meureudu, Kabupaten Pidie Jaya, Aceh. Pelayanan ini dimulai sejak Minggu (21/12/2025) dengan pendekatan enam klaster kesehatan yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan di lapangan. Fokus utama diarahkan pada kelompok rentan seperti bayi, balita, dan lansia yang masih banyak ditemukan di area terdampak.
Dini Latifatul Nafiati, P.Psi., M.Psi., Psikolog, yang merupakan anggota tim sekaligus Psikolog Klinis RSUD Saiful Anwar, menjelaskan pada Senin (22/12/2025) bahwa pemenuhan gizi warga dilakukan melalui dapur umum dengan distribusi makanan dua kali sehari. Meski jumlah makanan mencukupi, komposisinya masih rendah protein, dan bantuan makanan tambahan belum dibagikan secara rutin. Program Makanan Tambahan telah disalurkan melalui Badan Gizi Nasional.
Pada hari kedua layanan kesehatan, tim fokus pada pemberian vitamin A kepada balita sebanyak 19 kapsul. Namun, kegiatan promosi kesehatan belum dapat dilaksanakan karena keterbatasan pasokan listrik di lokasi pengungsian. Dalam klaster kesehatan jiwa, tim menemukan sejumlah warga mengalami kecemasan dan depresi. Sebagai tindak lanjut, dilakukan kegiatan dukungan psikososial kepada 20 anak dan direncanakan akan dilanjutkan untuk kelompok ibu-ibu.
Hasil asesmen kesehatan lingkungan menunjukkan kebutuhan air bersih yang mendesak. Tim Jawa Timur memasang tiga unit toren air berkapasitas 1.550 liter di tiga titik berbeda. Selain itu, dilakukan penyemprotan disinfektan di kandang ternak dan tumpukan sampah besar untuk mencegah potensi penyakit menular. Hingga saat ini, belum ditemukan kasus penyakit menular di lokasi terdampak.
Sementara itu, pada klaster kesehatan reproduksi, logistik kesehatan, dan Disaster Victim Identification (DVI), tidak ditemukan kendala berarti. Di luar sektor kesehatan, kondisi lapangan masih menghadapi berbagai tantangan. Akses jalan utama menuju kampung sebagian tertutup lumpur dan belum dapat dilalui kendaraan roda empat. Sebanyak 150 kepala keluarga masih bertahan di pengungsian dengan keterbatasan tenda, yang sebagian besar belum dilengkapi alas.
Selain kerusakan permukiman, banjir juga berdampak pada lahan pertanian, perkebunan, kandang ternak, dan aktivitas usaha warga. Kegiatan belajar mengajar masih terhenti, meskipun guru setempat dan relawan mulai mengupayakan kegiatan belajar darurat. “Hingga kini listrik masih padam, namun jaringan komunikasi relatif stabil. Pembersihan lumpur di jalan mulai dilakukan, sementara pembersihan rumah warga masih dilakukan secara mandiri,” pungkas Dini. (MC Prov Jatim/hj/eyv)


















