Headline.co.id, Probolinggo ~ Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi, mengapresiasi peran penting perempuan Tengger dalam memperkuat ekonomi lokal melalui sektor pertanian dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Apresiasi ini disampaikan dalam Dialog Peningkatan Sumber Daya Ibu dan Anak Masyarakat Tengger di Kabupaten Probolinggo. Dalam kesempatan tersebut, Menteri PPPA menegaskan komitmen pemerintah untuk meningkatkan kapasitas perempuan desa agar mampu mengembangkan usaha secara berkelanjutan, meningkatkan daya saing produk, serta memperluas akses pasar melalui pelatihan dan kolaborasi lintas pemangku kepentingan.
“Pemberdayaan perempuan itu penting, bukan hanya dari sisi ekonomi, tetapi juga dari penguatan keterampilan seperti kemampuan analisis dan pemasaran. Bagi ibu-ibu Tengger yang bergerak di sektor pertanian dan UMKM, tentu masih menghadapi berbagai tantangan dan membutuhkan peningkatan kapasitas. Kemen PPPA akan mengajak para mitra untuk bersinergi melatih ibu-ibu agar dapat meningkatkan hasil usahanya,” ujar Menteri PPPA seperti disampaikan dalam siaran pers Minggu (14/12/2025).
Arifah mengungkapkan bahwa salah satu persoalan utama yang dihadapi pelaku UMKM perempuan adalah keterbatasan dalam memasarkan produk. Pelatihan pemasaran dinilai penting agar perempuan pelaku usaha mampu membaca peluang pasar dan menghasilkan produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. “Dari hasil dialog, pemasaran produk masih menjadi kendala, lain karena belum adanya sertifikasi BPOM, sertifikasi halal, serta pencantuman tanggal kedaluwarsa. Padahal konsumen saat ini semakin kritis. Tanpa kelengkapan tersebut, produk akan sulit bersaing. Namun sudah ada solusi, kami akan membantu menghubungkan kepala desa dengan Dinas PPPA agar pendampingan dan proses sertifikasi bisa dipercepat,” jelasnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Probolinggo Fahmi Abdul Haq Zaini menyampaikan bahwa fluktuasi harga hasil panen masih menjadi tantangan utama bagi pelaku usaha di daerahnya. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya industrialisasi dan hilirisasi produk pertanian untuk menciptakan nilai tambah dan menstabilkan pendapatan masyarakat. “Probolinggo memiliki potensi besar, terutama di sektor pertanian yang mencapai 56 persen. Kami berupaya menarik industri yang berorientasi pada hilirisasi komoditas pertanian agar kesejahteraan masyarakat, khususnya petani dan pelaku UMKM, dapat meningkat,” kata Fahmi.
Dari perspektif pembangunan sosial, Peneliti Senior Pusat Penelitian Politik LIPI sekaligus Peneliti Utama Politik BRIN Siti Zuhroh menekankan bahwa pembangunan desa harus dimulai dari penguatan keluarga sebagai fondasi ketahanan masyarakat. Menurutnya, selain kebutuhan dasar seperti pupuk, air, dan pemasaran, desa juga perlu menjadi ruang inovasi yang menumbuhkan kreativitas, kemandirian ekonomi, dan pelestarian budaya. “Keluarga adalah inti pembangunan negara-bangsa. Desa memang membutuhkan dukungan ekonomi, tetapi juga perlu penguatan nilai budaya, wawasan, dan kapasitas sosial. Kita ingin desa menjadi ruang inovasi yang melahirkan masyarakat cerdas, ekonominya maju, namun tetap menjunjung tinggi empati dan budaya. Nilai-nilai budaya Tengger jangan sampai ditenggelamkan,” tegas Zuhroh.
Dukungan atas inisiatif pemberdayaan ini juga disampaikan oleh Kepala Desa Wonotoro, Susana. Ia mengapresiasi rencana pelatihan dan pendampingan dari Kemen PPPA bersama mitra pembangunan, khususnya dalam penguatan kapasitas pemasaran produk UMKM perempuan. “Peningkatan kemampuan pemasaran sangat kami butuhkan, terutama saat harga produk sulit bersaing dan kondisi pasar berfluktuasi. Pendampingan ini menjadi harapan baru bagi pelaku usaha perempuan di desa kami,” ujar Susana.



















