Headline.co.id, Jakarta ~ Jakarta. Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Dr. Jasra Putra, S.Fil.I., M.Pd., mengungkapkan bahwa jutaan anak di Indonesia telah terpapar rokok sejak usia dini. Kondisi ini dinilai sebagai ancaman serius bagi pencapaian Indonesia Emas 2045. Berdasarkan data dari Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Kementerian Kesehatan, jumlah perokok anak hampir mencapai 5,7 juta. “Ini perokok aktif, dan yang lebih mengkhawatirkan, usia perokok pemula sangat belia,” ujarnya, seperti dilansir dari laman RRI, Minggu (14/12/25).
Dr. Jasra menekankan bahwa anak-anak mulai merokok pada usia yang seharusnya masih dalam masa tumbuh kembang dasar. Tingginya angka perokok anak ini berpotensi menghambat agenda besar pembangunan nasional. “Kita temukan anak usia tujuh tahun, bahkan lima tahun, sudah mulai merokok dan ini situasi darurat perlindungan anak. Ini jelas menjadi penghambat Indonesia 2045,” tambahnya.
Menurutnya, Indonesia sebenarnya telah memiliki landasan hukum yang kuat untuk melindungi anak dari bahaya rokok. Ia menjelaskan bahwa larangan tersebut juga mencakup dunia pendidikan sebagai salah satu dari tujuh tatanan kawasan tanpa rokok. “Kita sudah punya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan dan PP Nomor 28 Tahun 2024 sebagai aturan turunannya. Regulasi ini sangat tegas, membatasi usia hingga 21 tahun untuk tidak merokok, serta melarang iklan, promosi, dan sponsor rokok,” jelasnya.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memperingatkan bahwa persentase perokok usia di atas 15 tahun terus meningkat setiap tahunnya. Sebanyak 70,2 juta penduduk dewasa di Indonesia merupakan pengguna tembakau, dengan 68,9 juta orang di antaranya adalah perokok aktif. Direktur Penyakit Tidak Menular Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, menyatakan bahwa jumlah kenaikan perokok sebanyak 5 juta orang itu bahkan sudah sama atau melebihi jumlah penduduk negara-negara kecil. Sebagai perbandingan, jumlah penduduk Singapura adalah sekitar 5,9 juta jiwa.
“Jumlah perokok anak dan remaja atau yang berada dalam rentang 10-18 tahun mengalami kenaikan. Dari 2 juta orang pada 2013 menjadi 5,9 juta orang pada 2023,” jelas Siti Nadia Tarmizi.



















