Headline.co.id, Belitung ~ Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) bersama konsorsium The Indonesian Seagrass Mapping Partnership (ISMP) menyerahkan Peta Karang dan Padang Lamun Nasional 2025 kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Republik Indonesia. Acara penyerahan berlangsung pada Kamis, 4 Desember 2025, di Jakarta. Dekan Fakultas Geografi UGM, Prof. Muhammad Kamal, S.Si., M.GIS., Ph.D., mewakili konsorsium ISMP dalam penyerahan simbolis kepada Direktur Konservasi Ekosistem KKP, Muh. Firdaus Agung Kunto Kurniawan, S.T., M.Sc., Ph.D., disaksikan oleh tim ISMP dan Pusdatin KKP.
Prof. Muhammad Kamal menjelaskan bahwa peta tersebut bukan sekadar visualisasi, melainkan data primer yang menjadi dasar ilmiah dan panduan strategis untuk pengelolaan sumber daya pesisir berbasis kebijakan dan manajemen berbasis bukti ilmiah. “Penyerahan ini adalah pencapaian monumental dalam memperkuat pengelolaan sumber daya laut dan pesisir Indonesia dengan data geospasial yang akurat,” ujarnya pada Senin, 8 Desember 2025.
Penyerahan peta ini juga menandai tanggung jawab baru bagi KKP sebagai Walidata untuk memperbarui dan mengintegrasikan data geospasial. Integrasi ini penting untuk kebijakan konservasi, perencanaan ruang laut, kontribusi nasional yang ditentukan (NDC), dan pembangunan berkelanjutan wilayah pesisir dan laut di Indonesia.
Peta geospasial ini terwujud melalui kolaborasi antarinstansi sejak 2022, dipimpin oleh Prof. Pramaditya Wicaksono, S.Si., M.Sc., dari Fakultas Geografi UGM. Untuk menjamin keberlanjutan pemetaan, ISMP telah melakukan capacity building sejak 2024 dengan mengadakan dua kali Training of Trainers (ToT) di Belitung dan Makassar, didukung oleh UNDP Indonesia dan Direktorat Konservasi Ekosistem KKP.
ISMP juga mengembangkan aplikasi Seagrass Connect untuk melibatkan masyarakat dalam pengumpulan data lamun. Melalui penyerahan peta ini, ISMP menegaskan komitmen menyediakan landasan ilmiah bagi pengelolaan kelautan Indonesia. “Peta ini adalah warisan kolaborasi multipihak yang menjembatani riset dan kebijakan,” kata Pramaditya.
Proses pembuatan peta ini melalui tiga tahap. Fase pertama (2022-2023) memetakan sebaran dan variasi data lamun. Fase kedua (2022-2025) fokus pada pengembangan kerangka pemetaan nasional, didukung oleh pakar global seperti Assoc. Prof. Chris Roelfsema dan Dr. Mitch Lyons. Salah satu hasil penting adalah Keputusan Dirjen Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut Nomor 45 Tahun 2024 sebagai pedoman teknis nasional.
Fase ketiga (2025) melibatkan validasi publik dan finalisasi peta dengan dukungan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN). Data geospasial ini siap diintegrasikan untuk mencapai target konservasi dan keberlanjutan ekosistem pesisir. Kolaborasi dan teknologi seperti penginderaan jauh dan citizen science melalui Seagrass Connect menjadi kunci pengelolaan laut berbasis bukti.
Kemitraan multipihak ini melibatkan pemerintah dan lembaga riset, termasuk Dr. Novi Susetyo Adi dari KKP, Dr. Udhi Eko Hernawan, dan lainnya dari BRIN, serta Dr. Doddy Mendro Yuwono dari BIG. Akademisi dari UGM, Unhas, dan The University of Queensland, Australia, juga terlibat. Pendanaan didukung oleh The David & Lucile Packard Foundation, dengan finalisasi peta oleh Yusuf Fajariyanto dan tim YKAN.























