Headline.co.id, Desa Girikerto Di Kapanewon Turi ~ Sleman, menjadi lokasi kunjungan kerja Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Kampung (DPMK) Kabupaten Raja Ampat pada Selasa, 2 Desember 2025. Kunjungan ini merupakan bagian dari program tahunan yang bertujuan memperkuat tata kelola desa adat dan budaya di Papua Barat. Girikerto dipilih karena berada dalam wilayah Kesultanan Yogyakarta dan dianggap sebagai contoh ideal dalam pelestarian adat serta pengelolaan pemerintahan desa yang kolaboratif dan berbasis budaya lokal.
Kunjungan tersebut dimulai dengan pertemuan bersama Pemerintah Desa Girikerto dan dilanjutkan dengan peninjauan situs budaya, tradisi, dan praktik adat yang menjadi bagian penting dari kehidupan sosial masyarakat setempat. Kepala Seksi Pendayagunaan SDA dan Teknologi Tepat Guna DPMK Raja Ampat, Albert Sekewael, menyatakan bahwa kunjungan ini merupakan langkah awal untuk membawa perubahan positif dalam pembangunan kampung di Raja Ampat. “Semoga dengan hasil kunjungan ini dapat membawa manfaat dan inovasi-inovasi di 117 kampung tentang bagaimana sistem tata kelola desa ke depannya dengan mengacu pada norma-norma adat istiadat,” ujarnya.
Kepala Seksi Kelembagaan dan Kerja Sama Antar Kampung, Hairul Anwar, menambahkan bahwa penguatan kapasitas kelembagaan desa adat akan menjadi fokus penting dalam pengembangan kampung di Raja Ampat. Selain mempelajari struktur kelembagaan, peserta juga berdialog mengenai praktik terbaik pelestarian budaya dan pelibatan masyarakat dalam pembangunan. Lurah Girikerto, H. Sudibya, mengapresiasi kepercayaan yang diberikan DPMK Raja Ampat dengan menjadikan Girikerto sebagai rujukan nasional dalam pengelolaan desa adat. “Kami berharap hubungan kerja sama ini dapat terus berlanjut dalam bentuk pertukaran ilmu dan kegiatan pemberdayaan ke depan,” ujarnya.
Sebagai simbol persahabatan antardaerah, DPMK Raja Ampat menyerahkan plakat kenang-kenangan kepada Pemerintah Desa Girikerto. Kegiatan ini dihadiri oleh jajaran pejabat DPMK Raja Ampat, termasuk Albert Sekewael, Hairul Anwar, Elias Marandof, Nuku Tamima, Dian R. Rahayuningsi, dan Jack R. Gaman, Kepala Bidang Perencanaan. Sabdanu Arya, pendamping kegiatan, menyampaikan bahwa studi lapangan ini diharapkan menjadi pintu pembuka kerja sama yang lebih luas dalam penguatan budaya, tata kelola desa, dan pemberdayaan masyarakat.
Pembelajaran dari Sleman ini menjadi landasan penting bagi Kabupaten Raja Ampat dalam merancang kebijakan pembangunan kampung berbasis adat yang lebih sistematis, terukur, dan selaras dengan kearifan lokal serta keberagaman budaya. Dengan inovasi yang diperoleh dari Sleman, diharapkan pembangunan 117 kampung di Raja Ampat dapat berlangsung lebih efektif, inklusif, dan berkelanjutan.



















