Headline.co.id, Menteri Komunikasi Dan Digital ~ Meutya Hafid, menekankan bahwa peran keluarga dan pendampingan orang tua sangat penting dalam melindungi anak-anak di ruang digital. Hal ini disampaikan dalam acara Festival Hari Anak Sedunia 2025 yang berlangsung di Hotel Lumire, Jakarta Pusat, pada Kamis, 20 November 2025. Meutya mengungkapkan bahwa anak-anak di Indonesia rata-rata menghabiskan waktu 5,4 jam per hari di internet, dengan 50,3 persen di antaranya pernah terpapar konten dewasa dan 48 persen mengalami perundungan digital.
Meutya menyoroti kasus MW, seorang siswa kelas tiga SD yang menemukan konten dewasa melalui permainan daring, serta Denta yang mengalami perundungan di media sosial setelah memposting kampanye anti rokok. Ia menegaskan pentingnya pendampingan orang tua dalam aktivitas anak-anak di dunia maya. “Yang kita inginkan adalah orang tua bukan membuatkan akun untuk anak-anaknya, tapi justru mendampingi anak-anaknya dalam berselancar di dunia maya,” ujar Meutya.
Pemerintah juga memperkuat perlindungan anak di ruang digital melalui Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2025 tentang Tata Kelola Penyelenggaraan Sistem Elektronik Dalam Pelindungan Anak atau PP TUNAS. Peraturan ini mewajibkan platform digital untuk menunda akses bagi anak yang belum cukup usia. Meutya menyebutkan bahwa beberapa platform telah menyesuaikan kebijakannya, seperti Roblox yang menerapkan sistem verifikasi usia anak menggunakan kamera.
Meutya berharap upaya ini dapat memastikan anak-anak tumbuh dengan aman dan percaya diri di ruang digital. Dalam acara tersebut, Menkomdigi Meutya Hafid didampingi oleh Dirjen Pengawasan Ruang Digital Kementerian Komdigi, Alexander Sabar. Acara ini juga dihadiri oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Arifah Fauzi, serta perwakilan komunitas pemerhati anak.
Festival Hari Anak Sedunia 2025 diadakan bertepatan dengan peringatan Hari Anak Sedunia yang jatuh pada tanggal 20 November. Acara ini mengusung tema untuk mengajak semua pihak mendengarkan suara anak dan memastikan mereka tangguh menghadapi tantangan digital, krisis iklim, dan pemenuhan hak-hak mereka menuju Indonesia Emas 2045.




















