Headline.co.id, Jakarta ~ Pemerintah tengah mempercepat persiapan Program SMK Go Global dengan menata ulang skema hulu melalui penguatan Kelas Migran. Program ini merupakan platform pelatihan keterampilan dan bahasa yang disiapkan oleh Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) untuk siswa SMK. Langkah ini dibahas dalam Rapat Tingkat Menteri di Kemenko Bidang Pemberdayaan Masyarakat (Kemenko PM) pada Selasa, 18 November 2025, sebagai tindak lanjut arahan Presiden Prabowo Subianto untuk memastikan lulusan vokasi siap bersaing di pasar kerja internasional.
Program SMK Go Global menargetkan 500 ribu peserta, yang terdiri dari 300 ribu siswa SMK/SMA dan 200 ribu peserta umum. Mereka akan dibekali pelatihan kompetensi teknis dan penguasaan bahasa sesuai standar negara penempatan. Menko PM Muhaimin Iskandar menegaskan bahwa keberhasilan program ini ditentukan oleh kesiapan sejak bangku sekolah. Kurikulum vokasi harus terintegrasi dengan standar bahasa, etos kerja, dan kemampuan teknis yang dibutuhkan industri global.
“Kerja sama KemenP2MI dengan SMK melalui Kelas Migran menjadi kunci. Sejak dini, kelas yang dipersiapkan untuk bekerja di luar negeri harus mengadopsi standar minimum kompetensi bahasa yang disyaratkan negara tujuan,” ujar Muhaimin. Ia mencontohkan kebutuhan tenaga kerja untuk pasar Jepang, di mana jurusan pengelasan harus mempelajari Bahasa Jepang level N4 sejak kelas satu, yang menjadi prasyarat bekerja di sana. Dengan demikian, lulusan tidak perlu lagi mengambil kurikulum tambahan setelah lulus.
Menteri P2MI Mukhtarudin menyampaikan bahwa kementeriannya telah memperkuat Kelas Migran di berbagai daerah untuk memastikan kesiapan peserta memasuki pasar kerja global. Lampung menjadi salah satu daerah yang paling siap, dengan 200 peserta Kelas Migran yang telah dilatih dalam bidang hospitality, welder, caregiver, dan manufaktur. “Di Lampung sudah ada 200 peserta Kelas Migran, mulai dari bidang hospitality, welder, caregiver, hingga manufaktur. Mereka sudah dilatih dan siap untuk kita lepas,” ujar Mukhtarudin.
Ia menjelaskan bahwa seluruh peserta dibekali kemampuan bahasa dan keterampilan berbasis standar negara tujuan. Dengan pendekatan ini, penyelesaian pendidikan dapat langsung disambungkan ke proses sertifikasi dan penempatan dalam ekosistem SMK Go Global. Kelas Migran diposisikan sebagai bagian dari Grand Design Ekosistem Tata Kelola Pekerja Migran Indonesia, yang merupakan strategi nasional untuk menata jalur mobilitas tenaga kerja Indonesia dari pendidikan hingga penempatan di luar negeri.
“Kita ingin lulusan Kelas Migran memiliki keahlian dan kemampuan bahasa yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan pasar kerja negara penempatan,” tegas Mukhtarudin. Skema hulu ini diharapkan menjadi model nasional untuk mengurangi mismatch kompetensi, mempercepat kesiapan tenaga kerja muda, sekaligus menguatkan posisi Indonesia dalam pasar global yang semakin kompetitif.





















