Headline.co.id (Jakarta) ~ Rokok diketahui melepaskan ribuan bahan kimia berbahaya saat dibakar, banyak di antaranya bersifat racun dan menjadi penyebab utama penyakit mematikan seperti kanker, jantung, paru-paru, hingga stroke. Berbeda dengan itu, penggunaan vape atau rokok elektrik dinilai dapat menjadi alternatif bagi perokok yang ingin berhenti, karena menghasilkan racun jauh lebih sedikit dibandingkan rokok konvensional.
Baca juga: Kecelakaan Jadi Pembunuh Tertinggi di Bantul, Polres Imbau Pengendara Tingkatkan Kewaspadaan
Menurut keterangan ahli kesehatan masyarakat, vaping tidak menghasilkan tar dan karbon monoksida, dua zat paling berbahaya dalam asap tembakau. Hal inilah yang membuat banyak orang mulai beralih menggunakan vape sebagai upaya mengurangi ketergantungan terhadap rokok.
Vape memungkinkan pengguna menghirup nikotin melalui uap, bukan asap. Prosesnya dilakukan dengan memanaskan cairan e-liquid yang berisi propilen glikol, gliserin nabati, perasa, dan nikotin.
Ahli tersebut menambahkan, nikotin sendiri bukan penyebab utama penyakit pada perokok, melainkan zat lain yang terbentuk saat pembakaran tembakau. Nikotin bahkan telah lama digunakan dalam pengobatan untuk membantu orang berhenti merokok, seperti dalam bentuk permen karet atau plester nikotin.
Baca juga: Kebakaran Bantul: Rumah Warga di Bambanglipuro Terbakar, Kerugian Capai Rp20 Juta
Penelitian menunjukkan bahwa pengguna vape memiliki peluang dua kali lipat lebih besar untuk berhenti merokok dibandingkan dengan mereka yang hanya menggunakan produk pengganti nikotin lain. Salah satu alasannya karena sensasi yang ditimbulkan saat vaping — seperti “nendangan” di tenggorokan — mirip dengan sensasi saat merokok, sehingga memudahkan proses transisi.
Banyak mantan perokok mengatakan bahwa pods vaping membantu mereka secara psikologis. Gerakan dan sensasi yang sama membuat peralihan terasa lebih alami.
Dari berbagai jenis perangkat yang tersedia, vape bar dan pod vape disebut paling ideal untuk pemula. Selain mudah digunakan, perangkat ini menghasilkan sedikit asap dan mampu memberikan kadar nikotin yang lebih konsisten. Beberapa starter kit juga menawarkan beragam rasa liquid, memungkinkan pengguna menyesuaikan preferensi mereka.
Baca juga: Kamar Rumah PNS di Sewon Terbakar, Diduga Akibat Korsleting Charger HP
Namun, pemilihan kadar nikotin yang tepat tetap menjadi faktor penting. Kamu perlu menyesuaikan kekuatan nikotin berdasarkan kebiasaan merokok sebelumnya. Perokok berat biasanya membutuhkan kadar nikotin yang lebih tinggi pada tahap awal.
Meskipun relatif lebih aman, penggunaan vape tetap harus dilakukan dengan bijak dan memperhatikan keamanan perangkat. Kasus vape meledak atau terbakar memang jarang, tetapi bisa dihindari dengan langkah-langkah pencegahan sederhana.
Beberapa tips keamanan antara lain:
- Belilah perangkat vape dari distributor resmi atau legal.
- Jangan meninggalkan pengisian daya tanpa pengawasan atau dilakukan semalaman.
- Jauhkan vape dan cairan e-liquid dari anak-anak dan hewan peliharaan untuk mencegah risiko keracunan nikotin.
Baca juga: Tabrak Lari di Timur Puskesmas Payak, Pelajar Asal Gunungkidul Alami Luka Serius
Pada akhirnya, vaping hanyalah salah satu alat bantu untuk berhenti merokok, bukan solusi instan. Keberhasilan seseorang untuk berhenti tetap bergantung pada komitmen dan motivasi pribadi.
Vape bisa membantu mengurangi ketergantungan, tetapi keputusan berhenti merokok sepenuhnya ada di tangan individu. Tanpa tekad kuat, hasilnya tidak akan maksimal.
Dengan informasi yang akurat dan edukatif, para ahli berharap masyarakat dapat memahami bahwa transisi dari rokok ke vaping bukan hanya soal gaya hidup, tetapi bagian dari langkah nyata menuju hidup yang lebih sehat dan bebas asap tembakau. (ADS)
Baca juga: Polisi Selidiki Kasus Pencurian di Rumah Warga Bambanglipuro, Kerugian Capai Enam Juta Rupiah



















