Headline.co.id (Jayapura) — Kementerian Perhubungan (Kemenhub) terus memperkuat komitmen terhadap keselamatan penerbangan di wilayah pegunungan Papua melalui kegiatan Mountainous Safety Meeting ke-XII yang digelar di Sentani, Jayapura, pada 6–7 Oktober 2025. Forum tahunan ini mengangkat tema “Resilience Mountainous Flying: Peningkatan Situational Awareness” sebagai upaya untuk menjawab tantangan operasional penerbangan di wilayah dengan kondisi geografis ekstrem.
Direktur Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara Kemenhub, Sokhib Al Rokhman, menegaskan bahwa karakteristik wilayah Papua yang kompleks membutuhkan pendekatan keselamatan yang adaptif dan kolaboratif. “Pertemuan ini menjadi ajang mendengar langsung tantangan dari operator di lapangan. Hasilnya menjadi dasar evaluasi untuk memperkuat prosedur dan kebijakan keselamatan ke depan,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima InfoPublik, Senin (6/10/2025).
Kolaborasi untuk Keselamatan Penerbangan di Medan Ekstrem
Sokhib menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah, operator, dan seluruh pemangku kepentingan dalam menciptakan sistem keselamatan yang berkelanjutan di Papua. “Sinergi antara pemerintah, operator, dan seluruh pihak sangat krusial dalam membangun sistem keselamatan yang komprehensif di wilayah dengan medan geografis kompleks seperti Papua,” jelasnya.
Dalam forum tersebut, Kemenhub bersama pemangku kepentingan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sejumlah tantangan utama penerbangan di Papua. Beberapa di antaranya meliputi kompetensi SDM pilot dalam mengoperasikan pesawat di wilayah pegunungan, keterbatasan pengawasan operasional internal oleh operator, minimnya data meteorologi, serta jangkauan komunikasi dan surveillance yang terbatas. Selain itu, faktor keamanan dan keterbatasan fasilitas bandara perintis turut menjadi perhatian utama.
Langkah Konkret Kemenhub
Sebagai bentuk tindak lanjut, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara telah mengambil sejumlah langkah strategis untuk memperkuat sistem keselamatan di Papua. Langkah tersebut antara lain penerbitan Advisory Circular AC 120-09 sebagai pedoman operasional penerbangan di area pegunungan tropis, serta Surat Edaran Keselamatan terkait perawatan sistem pengereman roda pendaratan.
Selain itu, Kemenhub juga mendorong penerapan Flight Data Analysis (FDA) untuk pesawat kecil guna meningkatkan pengawasan berbasis data. Bersama BMKG, pemerintah juga menyelenggarakan pelatihan observasi cuaca bagi personel bandara perintis dan maskapai penerbangan, serta menyusun prosedur TIBA (Traffic Information Broadcast by Aircraft) dan CTAF (Common Traffic Advisory Frequency) melalui publikasi AIP.
Sementara itu, AirNav Indonesia turut berperan dengan meningkatkan layanan surveillance di sektor Timika, Sorong, dan Biak sebagai bagian dari tahap pertama peningkatan sistem navigasi. AirNav juga memperbarui serta mempublikasikan jalur Visual Flight Rules (VFR) untuk Papua dan melakukan pembaruan data airstrip termasuk verifikasi registrasi bandara serta kelengkapan fasilitas navigasi seperti windshock.
Komitmen Berkelanjutan untuk Penerbangan Papua
“Melalui forum tahunan ini, kami berharap semua pihak dapat terus memperkuat kolaborasi demi mewujudkan keselamatan penerbangan yang lebih baik di wilayah Papua, baik dari sisi kebijakan, teknis operasional, maupun peningkatan sumber daya manusia,” pungkas Sokhib.
Mountainous Safety Meeting ke-XII ini menjadi bukti nyata komitmen Kemenhub untuk memastikan setiap penerbangan di Papua berjalan aman dan andal, sejalan dengan prinsip Experience, Expertise, Authoritativeness, dan Trustworthiness (E-E-A-T). Dengan kolaborasi lintas sektor, Kemenhub berupaya menghadirkan sistem keselamatan penerbangan yang tangguh, adaptif, dan berorientasi pada keselamatan publik.


















