Headline.co.id (Banyuwangi) – Ratusan warga Desa Kemiren, Banyuwangi, memadati balai desa pada pagi hari untuk mengikuti uji coba terbatas digitalisasi perlindungan sosial (Perlinsos), Jumat (19/9/2025). Program ini digagas untuk mempercepat, mempermudah, dan memastikan transparansi penyaluran bantuan sosial (bansos) kepada masyarakat. Dengan sistem digital, warga cukup menyerahkan data, sementara kelayakan penerima ditentukan langsung oleh aplikasi.
Dalam kegiatan tersebut, sekitar 130 warga diundang, namun jumlah peserta yang hadir mencapai lebih dari 200 orang. Antusiasme tinggi terlihat dari antrean panjang warga yang membawa dokumen kependudukan. Meski penuh sesak, proses pendaftaran berjalan lancar berkat pendamping sosial yang membantu warga satu per satu menggunakan ponsel pintar.
Koordinator PKH Banyuwangi, Mansur Mustafa, menyebut sistem Perlinsos menjadi solusi atas persoalan lama terkait penyaluran bansos. “Sekarang semua transparan. Kalau ada warga memiliki aset, sistem otomatis membaca. Jadi tidak bisa lagi ada manipulasi data,” ujarnya.
Salah satu warga, Musrifah (75), penerima Program Keluarga Harapan (PKH) sejak 2009, mengaku merasakan perbedaan signifikan dengan adanya Perlinsos. “Dulu sering bingung, sekarang jelas sekali. Tinggal lihat layar, langsung terdaftar,” katanya lega. Hal serupa dirasakan Sumiati, warga lanjut usia yang tidak memiliki ponsel pintar. Ia tetap bisa mendaftar dengan bantuan pendamping sosial. “Cepat sekali, tidak sampai satu menit sudah selesai,” ucapnya sambil tersenyum.
Di tengah antrean panjang, suasana balai desa terasa hidup. Pedagang kecil menjajakan makanan, anak-anak bermain di halaman, dan warga saling berbagi pengalaman tentang program bansos. Banyak warga mengaku lebih yakin karena kini proses penyaluran bantuan dinilai lebih adil dan tanpa pilih kasih.
Mustafa menegaskan bahwa uji coba digitalisasi bansos di Banyuwangi ini berpotensi menjadi percontohan nasional. “Jika berhasil, sistem ini bisa diterapkan bukan hanya untuk bansos, tetapi juga subsidi pendidikan, kesehatan, hingga energi,” tegasnya.
Meski tenaga pendamping cukup kewalahan melayani membludaknya peserta, kepuasan terlihat jelas. Warga pulang dengan bukti pendaftaran dan rasa lega bahwa data mereka sudah masuk ke sistem digital. Momentum ini dianggap sebagai awal baru menuju penyaluran bantuan yang lebih transparan, cepat, dan tepat sasaran.























