Headline.co.id (Bekasi) – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menegaskan bahwa isu kesehatan kini harus dipandang sebagai bagian integral dari sistem pertahanan nasional. Menurutnya, ancaman biosecurity—mulai dari pandemi, penyakit tidak menular, hingga bencana alam—justru jauh lebih berbahaya dibandingkan perang bersenjata.
Hal itu disampaikan Menkes Budi saat mendampingi Menteri Pertahanan (Menhan) Sjafrie Sjamsoeddin dalam kunjungan ke Marshall Area Yonif TP 843 Patriot Yudha Vikasa, Cibitung, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Rabu (20/8/2025).
“Masalah kesehatan itu merupakan ancaman yang sangat besar bagi keamanan bangsa. Januari 2021, ketika vaksinasi COVID-19 dimulai, tiga bulan angkanya tidak naik-naik. Akhirnya saya minta ke Presiden bahwa sosialisasi tidak bisa dilakukan sendiri, tapi butuh lintas sektor, termasuk TNI,” ujar Budi.
Sejarah Jadi Cermin Ancaman
Budi menyinggung sejarah untuk memperkuat pandangannya. Ia menyebut jumlah tentara yang gugur di medan perang akibat peluru jauh lebih sedikit dibandingkan mereka yang meninggal karena penyakit. Menurutnya, hal itu menunjukkan betapa besar dampak kesehatan terhadap kekuatan sebuah bangsa.
Ia menekankan bahwa paradigma perang modern tak lagi hanya soal militer, melainkan juga mencakup perang ekonomi, informasi, kesehatan, dan biosecurity. Karena itu, kolaborasi erat dengan TNI dipandang penting untuk membangun pertahanan kesehatan nasional.
“Kalau boleh saya dilibatkan untuk membangun pertahanan kesehatan ini. Programnya bagaimana membangun konsep ketahanan dari sisi biosecurity, baik militeristik maupun non-militeristik,” katanya.
TNI di Garda Terdepan Bencana
Indonesia termasuk negara rawan bencana alam, mulai dari banjir, gempa bumi, hingga longsor. Dalam situasi darurat, Budi mengakui TNI adalah institusi yang paling cepat bergerak memberikan respons.
Saat ini, Kementerian Kesehatan bersama TNI telah membentuk Emergency Medical Team (EMT) untuk menghadapi bencana maupun ancaman non-militer seperti pandemi. Menkes juga menilai perlunya pembentukan pasukan cadangan kesehatan yang bisa diterjunkan secara cepat saat krisis, sebagaimana yang dilakukan ketika pandemi COVID-19 melanda.
Tiga Pilar Ketahanan Kesehatan
Lebih lanjut, Budi menegaskan membangun ketahanan kesehatan tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah pusat. Butuh kolaborasi lintas pusat dan daerah untuk memperkuat tiga fungsi utama, yakni:
- Keamanan terhadap pandemi,
- Keamanan terhadap bencana alam,
- Keamanan teritorial untuk melindungi soft power bangsa.
“Mari kita bersama-sama menjaga keamanan dan kesehatan rakyat Indonesia dari ancaman musuh yang tidak terlihat seperti COVID-19,” seru Budi.





















