Headline.co.id (ROTE NDAO) – Dari batas selatan Nusantara, gema semangat Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-32 digaungkan lewat aksi nyata. Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN resmi meluncurkan Pelayanan Keluarga Berencana (KB) Serentak dari Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur, Senin (23/6/2025).
Tak sekadar seremoni, peluncuran ini menjadi simbol kehadiran negara hingga ke wilayah terjauh dan tersulit dijangkau—wilayah 3T (tertinggal, terdepan, terluar). Dari titik paling selatan Indonesia, pemerintah menyatakan komitmen menjangkau setiap keluarga, memastikan tak satu pun tertinggal dalam pembangunan bangsa.
“Ini bukan sekadar kunjungan, tapi bagian dari niat besar kita menjangkau keluarga Indonesia sampai ke batas negeri,” ujar Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN, Wihaji, saat membuka acara di hadapan ratusan warga penerima layanan.
KB Serentak: Mengatur Demi Masa Depan
Digelar secara nasional sejak 16 hingga 30 Juni 2025, pelayanan KB serentak ini menargetkan satu juta akseptor, dengan fokus pada Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Fokus tersebut dinilai strategis untuk menekan angka kehamilan yang tidak direncanakan dan memperkuat ketahanan keluarga.
“KB bukan soal membatasi, tapi mengatur. Kita ingin keluarga yang siap, sehat, dan mampu mendidik generasi unggul,” tegas Wihaji.
Selain menjadi upaya pengendalian angka kelahiran, layanan KB juga menjadi gerbang awal untuk mencegah stunting yang masih menghantui berbagai daerah, termasuk Rote Ndao yang angkanya masih di atas rata-rata nasional (19,8 persen).
Kampus Bersatu Cegah Stunting
Momentum Harganas juga ditandai dengan peluncuran Rencana Aksi Konsorsium Perguruan Tinggi di NTT, yang akan terlibat aktif dalam upaya penurunan stunting dan penguatan keluarga. Inilah bentuk konkret sinergi lintas sektor yang diusung dalam pendekatan pentahelix—melibatkan pemerintah, akademisi, dunia usaha, media, dan komunitas.
“Negara tidak bisa berjalan sendiri. Harus ada gotong royong,” kata Wihaji. Ia menekankan pentingnya intervensi sejak dini, mulai dari edukasi calon pengantin hingga pendampingan ibu hamil dan balita.
Menurut Wihaji, masa 1.000 hari pertama kehidupan menjadi fase krusial dalam menentukan kualitas sumber daya manusia masa depan. “Lewat 1.000 hari pertama, peluang menyembuhkan stunting hanya sekitar 20 persen. Karena itu, kita harus hadir dari awal,” tandasnya.
Rote Ndao, Model dari Perbatasan
Di tengah keterbatasan infrastruktur dan geografis, Rote Ndao justru dipercaya sebagai titik awal perubahan. Wilayah ini disebut Wihaji sebagai model pembangunan keluarga di daerah perbatasan.
“Saya yakin, lima tahun ke depan Rote Ndao akan tumbuh menjadi daerah maju, baik secara ekonomi maupun kualitas SDM-nya. Dan semua itu dimulai dari keluarga,” ucapnya optimistis.
Harganas: Dari Sabang sampai Rote
Diperingati setiap 29 Juni, Harganas menjadi momentum reflektif sekaligus proyeksi masa depan peran keluarga dalam pembangunan nasional. Tahun ini, peringatan ke-32 Harganas bukan hanya seremoni, tapi aksi konkret—bahwa negara hadir bukan hanya di pusat kota, tapi hingga ke batas-batas negeri.
Dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas hingga Rote, semangat membangun bangsa dari keluarga terus digelorakan. Dan dari tanah Rote, Indonesia kembali diingatkan: pembangunan yang kuat dimulai dari fondasi yang paling kecil—keluarga.




















