Headline.co.id (Bali) – Pemerintah Indonesia mengusung ambisi besar untuk mengeliminasi malaria secara nasional pada 2030. Dalam pernyataannya pada konferensi Asia Pacific Leaders’ Summit on Malaria Elimination ke-9 di Bali, Selasa (17/6/2025), Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menegaskan bahwa Papua akan menjadi medan penentu keberhasilan perjuangan ini.
“Kalau kita bisa selesaikan malaria di Papua, maka kita bisa selesaikan malaria di seluruh Indonesia,” ujar Menkes Budi dalam keterangan resminya yang dikutip dari InfoPublik, Kamis (19/6/2025).
Papua menyumbang lebih dari 93 persen beban kasus malaria nasional, menjadikannya wilayah paling krusial dalam peta eliminasi malaria di Tanah Air. Dari total 514 kabupaten/kota di Indonesia, 476 di antaranya atau sekitar 79 persen telah mencapai status eliminasi. Namun, tantangan geografis, sosial, dan keterbatasan akses di Papua membuat daerah ini memerlukan pendekatan khusus.
Strategi Tiga Lapis: Dari Kelambu hingga Obat Massal
Kementerian Kesehatan menyiapkan strategi komprehensif yang menggabungkan pencegahan, inovasi, dan kuratif.
Langkah pertama adalah pencegahan berbasis lingkungan, dengan fokus pada pengurangan habitat nyamuk pembawa malaria. Kedua, Kemenkes secara rutin mendistribusikan kelambu berinsektisida ke masyarakat. Dengan dukungan Global Fund, sebanyak 3,3 juta kelambu telah dibagikan sebagai bagian dari upaya proteksi langsung terhadap penduduk.
Inovasi juga menjadi bagian penting dari strategi ini. Salah satunya melalui program Mass Drug Administration (MDA), yakni pemberian obat pencegahan malaria secara massal di suatu wilayah. Uji coba MDA di dua kota menunjukkan hasil menjanjikan, dengan penurunan kasus malaria hingga 50 persen. Meski demikian, Menkes Budi menyebut bahwa efektivitas biaya dan keberlanjutan program ini tengah dievaluasi.
Di sisi pengobatan, Menkes menegaskan bahwa deteksi dini dan pengobatan cepat bagi penderita menjadi prioritas. “Kita pastikan pengobatan tersedia dan mudah diakses,” tegasnya.
Kerja Sama Lintas Wilayah dan Negara
Menkes juga menyoroti pentingnya kerja sama antarwilayah dan antarnegara, mengingat nyamuk malaria tidak mengenal batas administratif. Dalam forum ini, dua komitmen penting berhasil dicapai. Pertama, seluruh gubernur di Papua menyatakan dukungan penuh untuk mengejar target eliminasi pada 2030. Kedua, Kemenkes menandatangani joint action plan dengan pemerintah Papua Nugini, mengingat keduanya berada di satu daratan dan berbagi tantangan yang serupa.
“Ini dua hal yang kami harapkan bisa menjadi hasil konkret dari pertemuan ini,” ujar Budi.
Tantangan Terakhir, Harapan di Depan Mata
Meski angka kematian akibat malaria di Indonesia “hanya” sekitar 130 kasus per tahun, penyakit ini tetap menjadi penyebab kematian tertinggi di antara empat penyakit menular utama yang ditularkan nyamuk—mengungguli demam berdarah, Japanese encephalitis, dan chikungunya.
“WHO menargetkan eliminasi malaria secara global pada 2030. Untuk Indonesia, tantangan utamanya memang ada di Papua. Tapi dengan strategi yang tepat dan dukungan lintas sektor, saya yakin kita bisa mencapainya,” pungkas Menkes Budi dengan optimisme.
Dengan kombinasi strategi ilmiah, dukungan politik, dan kerja sama lintas batas, Indonesia tampaknya tidak hanya mengejar target, tetapi juga menapaki jalan konkret menuju sejarah bebas malaria.




















