Headline.co.id, Bengkulu ~ Tim Ekspedisi Patriot (TEP) dari Universitas Gadjah Mada (UGM) telah menyelesaikan validasi data lapangan untuk mengidentifikasi potensi di 154 kawasan transmigrasi di seluruh Indonesia. Kegiatan ini dilakukan bekerja sama dengan tujuh perguruan tinggi mitra. Dalam program ini, UGM melibatkan 10 fakultas dan empat pusat studi dengan mengirimkan talenta muda ke 14 lokasi transmigrasi sebagai bagian dari program Ekspedisi Patriot yang diinisiasi oleh Kementerian Transmigrasi RI.
Menteri Transmigrasi RI, M. Iftitah Sulaiman Suryanagara, S.H., M.A., menekankan pentingnya kehadiran akademisi di kawasan transmigrasi untuk menciptakan pusat pertumbuhan ekonomi baru. “Kisah para patriot menggugurkan banyak pesimisme bahwa gen Z itu tidak ada kontribusinya atau terlalu manja. Mereka betul-betul menghayati program ini,” ujarnya dalam acara Pembubaran dan Soft Launching Buku TEP UGM di Auditorium Fisipol, Jumat (19/12).
Menurut Menteri, data yang dihasilkan oleh kampus akan mampu menjawab kebutuhan pengembangan wilayah transmigrasi secara konkret. “Kami ingin kawasan transmigrasi menjadi living lab untuk mencetak lebih banyak pemimpin yang dibekali ilmu teoritis sekaligus misi lapangan,” tambahnya.
Rektor UGM, Prof. Ova Emilia, menilai kolaborasi dalam penerjunan TEP ini merupakan wujud nyata dari mandat tri dharma perguruan tinggi, khususnya dalam fungsi Research and Development (RnD). “Indonesia memiliki PR besar terkait pemerataan pembangunan, pengurangan angka kemiskinan, dan ketahanan pangan. Sementara itu, universitas adalah tempat untuk research and development. Melalui tangan-tangan generasi muda di lapangan, program ini bukan hanya menggali situasi, melainkan juga memberikan solusi nyata bagi kemandirian,” tuturnya.
Wakil Rektor UGM Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Alumni, Dr. Arie Sujito, menjelaskan bahwa validasi data lapangan merupakan landasan utama agar peran transmigrasi sebagai instrumen pembangunan tidak kehilangan relevansinya. Melalui 58 tim yang tersebar di 14 lokasi, UGM berfokus pada analisis tematik mulai dari potensi ekonomi hingga mitigasi konflik sosial. “Spirit kita adalah mempunyai cara pandang dan perspektif baru melalui rekomendasi strategis berbasis bukti. Ini penting agar laporan yang telah disusun menjadi basis pemerintah dalam mengambil keputusan,” jelasnya.
Dewi Cahyani Puspitasari, Ph.D., selaku koordinator TEP UGM, menyatakan bahwa kegiatan pengabdian yang berlangsung selama kurang lebih 120 hari ini menghasilkan buku berjudul “Transformasi, Transmigrasi, Dampak Sosial, Peluang dan Tantangan”. Hasil kajian yang dibukukan ini nantinya akan digunakan sebagai evidentiary basis dalam perumusan kebijakan dan perencanaan pembangunan kawasan transmigrasi ke depan. Melalui kegiatan ini, kata Dewi, UGM menegaskan perannya sebagai institusi akademik yang tidak hanya menghasilkan pengetahuan, tetapi juga berkontribusi langsung dalam penguatan kebijakan pembangunan nasional berbasis riset.
Empat belas lokasi kawasan transmigrasi yang menjadi fokus penerjunan tim ekspedisi patriot UGM lain adalah kawasan transmigrasi Muting di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan; Trans Gane di Maluku Utara; Bena di Timor Tengah Selatan (TTS); Transmigrasi Hialu di Konawe Utara; Mentebah di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat; Muara Sahung di Kaur, Bengkulu; dan Babahrot–Kuala Batee di Kabupaten Aceh Barat Daya.




















