HeadLine.co.id, (Yogyakarta) – Bangsal Pagelaran Keraton Yogyakarta terlihat riuh dengan gemerlap lampu yang menghiasi Keraton tersebut dan para tamu undangan yang menghadiri perayaan 32 tahun jumenengan (Red: bertahta) Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan HB X Sabtu (07/03).
Ia dinobatkan sebagai raja ke-10 pada Selasa Wage, 7 Maret 1989 atau 29 Rejeb Tahun Wawu 1921. Perayaan kali ini dibuka dengan pameran Abalakuswa, Hadibusana Keraton Yogyakarta.
Baca Juga: Viral! Suami Robohkan Rumah Dengan Alat Berat, Diduga Istri Selingkuh Dengan Pria Lain Sampai Hamil
HB X sebelum dinobatkan sebagai raja bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Hario (KGPH) Mangkubumi. Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tersebut mengatakan peringatan jumenengan dapat senantiasa memberi berkah dan rahmat agar selalu ditunjukkan di jalan lurus Allah subhanahu wata’ala.
“Jalan yang 31 tahun lalu saya ikrarkan dengan peneguhan tekad ‘tahta bagi kesejahteraan sosial-budaya, masyarakat’,” ungkap Sultan.
Sri Sultan HB IX ayahandanya, telah mengamanahkan kepadanya tekad yang memuat lima pesan yang harus selalu dipegang teguh selama menjalankan kewajibannya sebagai raja. Sultan HB IX melarang menggeser barang se-inci pun dari tugas kesejarahan ‘Tahta Untuk Rakyat’.
Lima tekad itu yakni pertama adalah tidak memiliki prasangka, iri, dan dengki pada siapapun. Kedua, tetap merengkuh orang lain walaupun yang bersangkutan tidak senang bahkan menaruh kebencian. Ketiga, tidak melanggar paugeran (adat istiadat) negara. Keempat, lebih berani mengatakan yang benar adalah benar dan salah adalah salah. Terakhir, tidak memiliki ambisi apapun kecuali hanya sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat.
Sebagai Sultan sekaligus Gubernur di era Yogya Istimewa saat ini, ia juga mengamanatkan akan terus menyalakan api semangat.
Baca Juga: Terinspirasi Film, Seorang Siswi SMP Tega Bunuh Bocah 5 Tahun
“Saya akan tetap menyalakan api semangat dari nama penuh makna itu, lebih dari sekedar pewaris tahta dan kedudukan sebagai sultan dan gubernur saja,” ungkap Sultan.
Selanjutnya atas pernyataan tersebut, Sultan bertekad merevitalisasi peneguhan tekad itu dengan cara membangkitkan gerakan kebudayaan untuk mewujudkan mimpi rennaisance Yogyakarta.


















