Headline.co.id, Jakarta ~ Di tengah berbagai mitos mengenai penyebab infertilitas, salah satu yang sering beredar adalah anggapan bahwa air dari galon guna ulang menjadi penyebab gangguan kesuburan. Namun, para dokter menegaskan bahwa air tersebut bukanlah penyebab infertilitas.
Para ahli medis menyatakan bahwa ada faktor yang lebih signifikan dan sering tidak disadari oleh wanita. Faktor utama yang memicu infertilitas adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat menyebabkan gangguan reproduksi seperti PCOS, polip, dan miom. “Gaya hidup pasif dan pola makan tinggi gula dapat memicu obesitas serta gangguan hormonal seperti PCOS yang membuat ovulasi tidak teratur,” kata Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi, Gita Pratama, dalam keterangan tertulis yang diterima , Selasa (2/12/2025).
Gangguan seperti polip, miom, dan ketidakteraturan ovulasi dapat menyebabkan menstruasi tidak teratur, seperti haid yang mundur berminggu-minggu atau bahkan muncul dua kali dalam sebulan. Kondisi ini menunjukkan bahwa infertilitas bukan disebabkan oleh hal sepele seperti air galon guna ulang, tetapi oleh faktor kompleks yang memerlukan evaluasi medis.
Wanita yang mengalami gangguan menstruasi, perdarahan tidak biasa, atau kesulitan hamil lebih dari satu tahun dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh. Edukasi publik juga penting agar mitos-mitos seputar infertilitas tidak mengaburkan fakta medis yang sebenarnya.
Anggota Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), Abraham Dian Winarto, menjelaskan bahwa air dalam AMDK dipastikan bukan penyebab infertilitas atau gangguan kesehatan lainnya. Korelasi air dalam galon PC dan kemandulan masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
Dokter spesialis kebidanan dan kandungan ini menegaskan, berdasarkan penelitian ilmiah terkini, tidak ada bukti kuat yang mendukung klaim bahwa galon air minum dalam kemasan secara langsung menyebabkan gangguan infertilitas. Sebagian besar galon air minum yang beredar di pasaran telah melalui proses pengujian dan standar keamanan yang ketat. “Mendeteksi dini, memperbaiki gaya hidup, dan mendapatkan pemeriksaan medis yang tepat jauh lebih efektif daripada mempercayai mitos yang tak berdasar,” katanya.



















