Headline.co.id, Jogja ~ Universitas Gadjah Mada (UGM) tengah mengembangkan teknologi Tripikon-S untuk mengatasi permasalahan pencemaran lingkungan di Kampung Wisata Wirosobo, Yogyakarta. Permasalahan sanitasi yang layak masih menjadi isu serius di Indonesia, terutama di kawasan perdesaan dan urban slum. Berdasarkan data BPS tahun 2023, sekitar 17–20 persen rumah tangga belum memiliki sanitasi yang aman. Selain itu, banyak industri rumah tangga dan kegiatan ekonomi masyarakat menghasilkan limbah cair tanpa penanganan yang memadai.
Prof. Ir. Nizam, M.Sc., DIC., Ph.D, Guru Besar Fakultas Teknik UGM, mengembangkan sistem Tripikon-S yang dilengkapi dengan aerasi micro-bubble generator. Teknologi ini diterapkan di kawasan peternakan bebek di Kampung Wisata Wirosobo, Sorosutan, Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Kampung ini dikenal dengan usaha peternakan bebek dan perkebunan yang juga menjadi destinasi wisata edukasi. “Sayang limbah dari kandang ternak saat ini belum diproses dengan baik sehingga menimbulkan masalah bau, estetika, dan pencemaran pada sungai dan di sekitarnya,” ujar Nizam di kampus UGM, Selasa (2/12).
Nizam menekankan bahwa jika masalah ini tidak segera ditangani, pencemaran dari kegiatan usaha UMKM dapat menjadi bencana lingkungan bagi masyarakat sekitar. Polusi perairan dapat menyebabkan penurunan oksigen terlarut yang berakibat pada kematian ikan, sementara polusi udara membuat lingkungan tidak nyaman. “Tentu akan sangat mengganggu, terlebih bila terjadi di daerah destinasi wisata maka bisa dipastikan akan menurunkan daya tarik wisata di kawasan tersebut,” tambahnya.
Meskipun sebagian limbah dari kandang dapat diproses menjadi kompos, limbah cairnya sering kali dibuang ke lingkungan, mencemari sungai dan air tanah. Tripikon-S dengan micro-bubble generator diharapkan dapat menjadi solusi untuk masalah ini. Tripikon-S awalnya dikembangkan oleh almarhum Prof. Hardjoso Prodjopangarso pada awal 1990-an untuk mengatasi masalah sanitasi di lahan transmigrasi pasang-surut. “Perangkat ini cocok dipergunakan di daerah dengan air tanah tinggi yang tidak dapat dibangun septic-tank,” jelas Nizam.
Tripikon-S telah berhasil diterapkan di kawasan transmigrasi daerah pasang surut, perkampungan padat, dan kampung nelayan seperti di Morodemak. Teknologi ini diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang sehat dan nyaman untuk belajar dan berwisata di Kebun Dakwah dan Peternakan Bebek Wirosobo. Tripikon-S merupakan sistem septik alternatif untuk mengolah limbah toilet dan limbah cair rumah tangga. Nama Tripikon-S berasal dari tiga pipa konsentris yang digunakan dalam struktur alat ini. “Melalui proses tersebut maka efluen cairan yang keluar dari Tripikon-S sudah aman untuk masuk ke badan air atau diresapkan ke sumur resapan,” terang Nizam.






















