Headline.co.id, Kota Gorontalo ~ Penelitian yang dilakukan oleh tim dari Universitas Negeri Gorontalo (UNG) bersama Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bapppeda) Provinsi Gorontalo mengungkapkan sejumlah masalah pendidikan yang signifikan. Penelitian ini menyoroti tingginya angka putus sekolah dan hambatan melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi di beberapa kabupaten. Hasil penelitian ini dipresentasikan dalam sebuah seminar pada Senin (24/11/2025).
Ketua tim peneliti, Muchtar Ahmad, bersama anggota tim Rustam Tohopi dan Mahyudin Humalanggi, mengidentifikasi lima faktor utama yang menyebabkan anak putus sekolah. Faktor pertama adalah orientasi keluarga yang lebih memprioritaskan penghasilan, sehingga anak didorong untuk bekerja guna membantu ekonomi keluarga. Faktor kedua adalah beban finansial yang berat, terutama biaya praktik di SMK dan transportasi yang memberatkan keluarga miskin.
Selain itu, rendahnya tingkat pendidikan orang tua juga menjadi penghambat, dengan 60 hingga 74 persen orang tua hanya berpendidikan sekolah dasar. Hal ini membatasi kemampuan mereka dalam mendampingi anak belajar. Program Indonesia Pintar (PIP) yang cakupannya menurun dari 33,7 persen di jenjang SMP menjadi 29,19 persen di SMA/SMK juga menjadi masalah, terutama karena biaya pendidikan di tingkat tersebut semakin meningkat.
Faktor kelima adalah pengaruh norma sosial, seperti pernikahan dini dan beban kerja domestik, yang meningkatkan risiko putus sekolah bagi anak perempuan. Muchtar Ahmad menegaskan bahwa akar dari semua permasalahan ini adalah kemiskinan struktural dan lemahnya ketahanan sosial ekonomi keluarga. Kondisi ini mencakup kesulitan memenuhi kebutuhan dasar, beban biaya pendidikan tidak langsung, dan rendahnya tingkat pendidikan orang tua. Ia menambahkan bahwa angka kemiskinan di Provinsi Gorontalo yang masih tinggi, yaitu 13,87 persen pada September 2024, memperkuat analisis ini.
Sebagai tanggapan atas temuan tersebut, para peneliti mengusulkan tiga strategi prioritas untuk mengatasi masalah ini. Strategi pertama adalah memastikan keberlanjutan PIP antarjenjang pendidikan. Strategi kedua adalah penerapan sistem deteksi dini dan tim reaksi cepat di tingkat sekolah. Strategi ketiga adalah penguatan ekonomi keluarga sebagai fondasi jangka panjang.
Rekomendasi konkret yang dihasilkan menekankan perlunya tindakan cepat dan terkoordinasi untuk mencegah lebih banyak anak keluar dari sistem pendidikan. Rekomendasi ini termasuk memastikan bantuan pendidikan berkelanjutan, terutama selama transisi dari SMP ke SMA/SMK, meningkatkan kapasitas ekonomi keluarga, serta menyediakan dukungan logistik seperti subsidi biaya transportasi, khususnya bagi siswa di wilayah yang sulit dijangkau.
Seminar hasil penelitian ini dihadiri oleh Kepala Bapppeda Provinsi Gorontalo Wahyudi A Katili, Kepala Bidang Riset dan Inovasi Tity Iriani Datau, Staf Ahli Gubernur bidang Kemasyarakatan dan SDM Yosef Koton, Staf Khusus Gubernur Bidang Agro-Maritim Ishak Ntoma, Staf Khusus Gubernur Bidang Lilyan Rahman, serta sejumlah undangan dari berbagai instansi.



















