Headline.co.id, Jakarta ~ Fakhrul Fulvian, Kepala Ekonom Trimegah Sekuritas Indonesia, menyatakan bahwa target pertumbuhan ekonomi enam persen yang diungkapkan oleh Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa adalah tujuan yang realistis. Namun, untuk mencapainya, diperlukan perubahan pendekatan kebijakan ekonomi yang lebih berani dan terukur. Fakhrul menegaskan, “Pertumbuhan enam persen itu bukan mimpi. Tapi diperlukan perubahan fundamental dalam bagaimana kebijakan fiskal–moneter bekerja dan bagaimana ekonomi digerakkan,” dalam keterangannya kepada , Minggu (23/11/2025).
Fakhrul menyoroti bahwa kebijakan penempatan dana pemerintah di perbankan telah menunjukkan dampak awal, tetapi belum memberikan dorongan optimal untuk akselerasi ekonomi. Ia mengusulkan empat langkah kunci untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Pertama, reformasi pasar tenaga kerja dan dukungan pada industri dalam negeri. Menurutnya, konsumsi rumah tangga harus menjadi mesin utama pertumbuhan, dengan penciptaan lapangan kerja dalam skala besar sebagai syarat utama. “Jangan beri akses investasi asing kalau tidak berdampak positif bagi tenaga kerja Indonesia. Justru perusahaan yang naikkan gaji dan membuka lapangan kerja baru harus didorong,” tegasnya.
Langkah kedua adalah memperluas sumber pembiayaan APBN melalui diversifikasi mata uang global. Fakhrul menilai Indonesia perlu mengurangi ketergantungan pada pembiayaan berbasis dolar AS. “Optimalisasi penerbitan Dim Sum Bond dalam Renminbi sangat strategis. Biayanya rendah, likuiditasnya besar, dan membuka ruang fiskal signifikan,” jelasnya. Ia juga mendorong penguatan kerja sama swap Bank Indonesia dan People’s Bank of China, perluasan penggunaan CNH di Indonesia, serta diversifikasi pembiayaan APBN dengan instrumen internasional lainnya.
Ketiga, pemulihan balance sheet UMKM dan subkontraktor infrastruktur. Fakhrul menyoroti banyak UMKM, terutama subkontraktor konstruksi, yang terhambat akibat tunggakan pembayaran proyek pemerintah. “Begitu backlog pembayaran diselesaikan, kredit UMKM akan langsung bergerak. Dampaknya cepat dan luas,” ungkapnya. Ia menekankan bahwa kompetensi pelaku UMKM tidak diragukan, namun banyak yang terhenti karena arus kas macet.
Keempat, koordinasi Bank Indonesia dan pemerintah untuk menjaga likuiditas sistem keuangan. Fakhrul menilai likuiditas perbankan tidak boleh ketat untuk mencapai target pertumbuhan tinggi. “BI perlu menjaga ruang likuiditas tetap longgar melalui instrumen moneter, operasi pasar, dan pendalaman pasar keuangan. Kredit yang mengalir akan memperkuat konsumsi dan investasi,” ujarnya. Ia juga menegaskan bahwa isu volatilitas rupiah dapat dikelola melalui diversifikasi penggunaan mata uang asing di luar dolar dalam pembiayaan dan transaksi perdagangan.
Fakhrul menekankan bahwa seluruh kebijakan ekonomi harus berorientasi pada penciptaan lapangan kerja, baik langsung maupun tidak langsung. “Kalau aktivitas pemerintah tidak menambah serapan tenaga kerja, sebaiknya jangan jadi prioritas. Industri tekstil, pertanian, peternakan, hingga pertambangan harus diperkuat,” katanya. Menurutnya, kunci keberhasilan terletak pada orkestrasi kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia, dengan fokus pada tenaga kerja, pembiayaan inovatif, pemulihan UMKM, serta regulasi yang tertib dan efektif. “Pertumbuhan tinggi bukan soal mimpi, tapi soal keberanian mengubah pendekatan di tengah tantangan global,” tutup Fakhrul Fulvian.





















