Headline.co.id, Jakarta ~ Wakil Menteri Dalam Negeri, Bima Arya Sugiarto, mengajak mahasiswa, khususnya yang menekuni jurusan Hubungan Internasional, untuk siap menghadapi perubahan global. Dalam pernyataan resminya pada Kamis (20/11/2025), Bima menekankan pentingnya memahami dinamika zaman dan mempersiapkan diri untuk tantangan global yang terus berkembang.
Bima Arya, yang memiliki latar belakang pendidikan di Hubungan Internasional Universitas Parahyangan, berbagi pengalamannya dari masa kuliah hingga menjadi dosen dan Wali Kota Bogor sebelum menjabat sebagai Wamendagri. Ia menegaskan bahwa setiap pilihan hidup sangat dipengaruhi oleh informasi dan konteks zaman. “Setiap pilihan yang kita buat adalah refleksi dari informasi yang kita miliki dan konteks zaman yang kita hadapi,” kata Bima.
Dalam acara pembukaan Binus International Relations Festival (Birfest) 2025 di Universitas Binus Kampus Anggrek, Jakarta, Rabu (19/11/2025), Bima menggarisbawahi bahwa perubahan global mengubah pilihan geopolitik. Jika pada era Perang Dingin dunia terbagi dalam dua blok besar, kini banyak aktor baru dan isu yang lebih kompleks. Kondisi ini, menurut Michiko Kakutani dalam bukunya The Great Wave, menggambarkan kebangkitan para outsider.
Bima juga menyoroti perubahan politik global, termasuk perubahan kepemimpinan di Amerika Serikat, terpilihnya Zohran Mamdani sebagai Wali Kota New York, dan Rob Jetten sebagai Perdana Menteri Belanda termuda. Ia menekankan bahwa masyarakat kini lebih fokus pada pendekatan kampanye dan program kerja kandidat daripada sekadar dikotomi usia. “Kita harus melihat lebih jauh dari sekadar usia, tetapi bagaimana mereka menawarkan solusi dan program kerja,” ujarnya.
Menghadapi bonus demografi yang didominasi generasi muda, Bima menekankan bahwa dua dekade ke depan akan menjadi periode krusial bagi Indonesia untuk keluar dari jebakan pendapatan menengah. Ia mendorong mahasiswa untuk memahami berbagai disrupsi yang mempengaruhi perjalanan menuju negara maju. “Kita harus mampu membaca tanda-tanda zaman dan memahami disrupsi yang ada,” kata Bima.
Bima juga menyoroti dua konsep penting bagi mahasiswa Hubungan Internasional. Pertama, the logic of two-level games dari Robert D. Putnam, yang menekankan pentingnya peran diplomat di panggung internasional dan domestik. Kedua, the prisoner’s dilemma dalam teori permainan, yang membantu memahami strategi aktor lain di bawah tekanan. “Memahami bagaimana aktor lain berpikir dan bertindak adalah kunci dalam diplomasi,” katanya.
Ia juga menekankan pentingnya membangun jejaring dan menghindari pergaulan yang negatif. Bima mengajak mahasiswa untuk memiliki jiwa aktivis, wawasan global, dan tetap berakar pada nilai-nilai nasionalisme.



















