Headline.co.id, Jakarta ~ SD Negeri Pojokusuman 1 di Yogyakarta telah mengimplementasikan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dengan terstruktur dan responsif untuk memenuhi kebutuhan kesehatan 671 siswa dari 24 kelas. Proses pengadaan menu, distribusi, dan pengawasan konsumsi dilakukan dengan aman dan sesuai ketentuan.
Kepala Sekolah SDN Pojokusuman 1, Dwi Atmi Sutarini, menyatakan bahwa sekolah melakukan identifikasi awal terhadap alergi dan kebutuhan khusus siswa sebelum program MBG dimulai. “Sejak awal kami sudah mendata anak-anak yang punya alergi, baik alergi telur, ikan, atau bahan tertentu. Saat ompreng datang, tim sudah menata mana yang perlu perlakuan khusus,” ujar Dwi Atmi, Kamis (20/11/2025).
Saat ini, hanya ada lima siswa dengan kebutuhan makanan khusus, yang semuanya telah diatur sesuai rekomendasi orang tua dan hasil pemantauan guru. Menu MBG tiba pukul 07.00 dan harus dikonsumsi maksimal empat jam setelahnya, sehingga sekolah menargetkan siswa makan pada istirahat pertama pukul 09.00.
Pengambilan makanan dilakukan secara terjadwal, dengan enam anak per kelas bertugas mengambil, membagikan, dan mengembalikan wadah yang sudah kosong. “Pengembalian ompreng sudah ada prosedurnya. Tutupnya disendirikan, wadah makan diikat, dan sisa makanan ditempatkan di wadah khusus,” jelas Dwi Atmi.
Kelas bawah dan kelas atas biasanya terpisah dalam pengambilan agar lebih tertib, namun dalam kunjungan tertentu bisa digabung. Hubungan sekolah dan orang tua sangat terbuka, dengan orang tua rutin melaporkan alergi anak, perubahan kondisi kesehatan, hingga preferensi khusus.
“Beberapa orang tua meminta agar anak kelas bawah tidak diberi menu lele karena masih sulit mengonsumsi. Semua masukan kami tampung melalui guru kelas dan koordinator MBG,” kata Dwi Atmi. Koordinator MBG sekolah, Bambang, juga terlibat langsung dalam pendataan dan monitoring distribusi setiap hari.
Menurut Dwi Atmi, MBG berdampak positif pada keseharian siswa. Banyak siswa yang sebelumnya sering datang tanpa sarapan kini mendapatkan asupan gizi yang cukup sejak pagi. “Program ini sangat bermanfaat. Anak-anak lebih teratur makan, jajannya berkurang, dan orang tua lebih terbantu secara ekonomi,” ujarnya.
Guru juga berperan dalam memotivasi siswa untuk makan menu sehat, terutama sayuran yang sering kurang disukai anak. “Setiap briefing saya mengingatkan guru untuk menguatkan anak-anak agar mau makan sayur, karena itu kunci kesehatan mereka,” tambahnya.
Sekolah juga menjelaskan mekanisme hari Jumat, di mana menu dibagi dua, yaitu yang dimakan di sekolah dan yang dibawa pulang untuk akhir pekan. Paket untuk dibawa pulang berisi susu, buah, telur, atau roti menggunakan kantong godebag ramah lingkungan.
Meskipun sekolah menerapkan lima hari belajar, MBG tetap mencakup kebutuhan siswa untuk hari Sabtu. SDN Pojokusuman 1 memastikan semua anak menerima makanan bergizi dengan pendekatan inklusif, sensitivitas kesehatan, ketertiban distribusi, serta disiplin makan sehat. Dengan data yang akurat dan komunikasi erat sekolah, guru, dan orang tua, program MBG di Pojokusuman 1 menjadi contoh implementasi efektif di Kota Yogyakarta.




















