Headline.co.id (Sleman) – Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) kini tidak lagi terbatas melayani balita, tetapi juga dapat diakses oleh ibu hamil, remaja, kelompok usia produktif, hingga lansia. Transformasi kelembagaan posyandu tersebut ditegaskan oleh Penelaah Teknis Kebijakan Balai Pemerintahan Desa di Yogyakarta, Asmita Nafiati, dalam Bimbingan Teknis New Posyandu Kapanewon Depok di Gedung Sasana Anglocita Tama, Rabu (17/9/2025).
Asmita menjelaskan, perubahan peran posyandu pasca terbitnya Permendagri Nomor 13 Tahun 2024 merupakan langkah strategis dalam memperkuat pelayanan dasar masyarakat. “Posyandu sekarang harus dipahami sebagai institusi pelayanan masyarakat yang lebih luas, dari pendaftaran, penimbangan, hingga penyuluhan kesehatan. Seluruh tahapan diarahkan untuk menjawab kebutuhan masyarakat dalam setiap fase kehidupannya,” ujarnya.
Ketua Tim Kerja Penguatan Kelembagaan dan Kapasitas Masyarakat Dinas PMK Sleman, Agus Wasiso Wibowo, menambahkan bahwa penguatan struktur organisasi dan kapasitas kader menjadi faktor kunci keberhasilan transformasi posyandu. Menurutnya, Tim Pembina Posyandu di setiap tingkatan harus memastikan pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM). “Kami ingin posyandu tidak hanya berjalan administratif, tetapi benar-benar hidup dan berdaya,” tegas Agus.
Bimbingan teknis tersebut diikuti jajaran pengurus posyandu se-Kapanewon Depok sebagai bagian dari komitmen Pemkab Sleman memperkuat layanan kesehatan berbasis masyarakat. Panewu Depok, Djoko Muljanto, menyampaikan bahwa wilayahnya memiliki 110 posyandu aktif yang tersebar di tiga kalurahan, yakni Maguwoharjo (34 posyandu), Condongcatur (40 posyandu), dan Caturtunggal (36 posyandu).
Keberadaan posyandu tersebut didukung lebih dari 1.800 kader, sebagian besar telah dibekali 25 keterampilan dasar kesehatan. Meski demikian, Djoko mengakui masih ada hambatan, seperti keterbatasan anggaran, kesulitan pengadaan sarana, hingga persoalan administratif dalam pengisian SK kader.
“Posyandu di Depok sudah melayani seluruh siklus hidup, tetapi tantangan tetap ada, terutama pemerataan peran kader dan ketersediaan sarana pendukung. Karena itu, kami mendorong agar kader semakin aktif, baik dalam pelayanan hari buka maupun kunjungan rumah,” jelasnya.
Djoko menegaskan, posyandu bukan sekadar sarana layanan kesehatan, tetapi juga wadah pemberdayaan masyarakat. “Posyandu di Depok adalah simbol gotong royong. Dengan dukungan masyarakat dan kader yang solid, kami yakin posyandu dapat menjadi kekuatan nyata dalam mewujudkan Depok sehat dan sejahtera,” pungkasnya.


















