Headline.co.id (Jakarta) – Pasokan energi fosil dari minyak dan gas bumi (migas) masih menjadi tulang punggung kebutuhan energi nasional. Tahun ini, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menargetkan lifting migas sebesar 1,61 juta barel setara minyak per hari (BOEPD), terdiri dari 605 ribu barel minyak bumi dan 1,01 juta BOEPD gas bumi.
Kabar baik datang pada akhir Juli 2025. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengumumkan, lifting minyak telah mencapai 608 ribu barel per hari (bph), melampaui target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar 605 ribu bph. “Ini pertama kalinya Indonesia mampu mencapai target lifting minyak di APBN. Meski mayoritas sumur kita sudah tua, upaya bersama dengan KKKS dan para pengusaha membuahkan hasil,” ujarnya, Rabu (30/7/2025).
Data SKK Migas mencatat, pada semester I-2025 realisasi lifting minyak bumi mencapai 578 ribu bph atau 95,5 persen dari target tahunan. Bahkan, capaian Juni 2025 lebih tinggi dibanding Juni 2024, yakni 576,1 ribu bph. Kepala SKK Migas Djoko Siswanto menilai tren ini menunjukkan perbaikan produksi yang signifikan.
Pengamat migas Ferdi Hasiman pun memberi apresiasi. “Mencapai 608 ribu bph itu tidak mudah, apalagi sebagian besar sumur Pertamina sudah tua. Lapangan Banyu Urip di Bojonegoro masih bisa diandalkan, tetapi produksi Blok Rokan di Riau cenderung menurun,” ujarnya. Ia menambahkan, Pertamina perlu mempercepat transisi energi untuk mengurangi ketergantungan pada migas, terutama di tengah situasi geopolitik Timur Tengah yang memanas.
Untuk menjaga momentum, SKK Migas telah menyiapkan sejumlah langkah strategis:
- Kerja sama internasional melalui penerapan teknologi mutakhir, seperti Terra Slicing Technology hasil kemitraan dengan FalconRidge Oil Ltd asal Kanada, untuk menghidupkan kembali sumur berproduksi rendah.
- Optimalisasi lapangan tua dengan metode Enhanced Oil Recovery (EOR) dan Improved Oil Recovery (IOR) guna memaksimalkan potensi sumur eksisting.
- Pendekatan berbasis insentif bagi Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang memenuhi komitmen eksplorasi, termasuk perbaikan skema bagi hasil gross split untuk meningkatkan daya saing investasi.
- Transfer pengetahuan dan pengembangan SDM lokal melalui pelatihan dan lokakarya bersama mitra internasional.
Meski capaian lifting menjadi kabar baik, industri migas nasional tetap dihadapkan pada tantangan besar. Penurunan harga minyak global, regulasi yang belum fleksibel, serta pergeseran eksplorasi ke laut dalam yang menuntut modal dan teknologi tinggi, menjadi pekerjaan rumah tersendiri.
Pemerintah menegaskan, strategi ini sejalan dengan program Asta Cita Presiden Prabowo, yakni tidak hanya mengejar target lifting, tetapi juga memperkuat ketahanan energi nasional menuju pembangunan berkelanjutan. “Peta jalan transisi energi sudah dibuat. Kita mulai melangkah, agar kelak tidak lagi sepenuhnya bergantung pada energi fosil,” kata Bahlil.
Di tengah tekanan global dan keterbatasan lapangan tua, capaian kuartal II-2025 menjadi secercah harapan bahwa industri hulu migas Indonesia masih mampu menjadi penopang energi, sekaligus membuka jalan menuju era energi hijau.


















