Headline.co.id (Belu) – Pemerintah Kabupaten Belu kembali menegaskan komitmennya dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat melalui peluncuran program Diseminasi Kelurahan/Desa Siaga Tuberkulosis (TBC) dan Penanggulangan Stunting. Bertempat di Aula Lantai 1 Kantor Bupati Belu, Rabu (30/7/2025), inisiatif ini menyasar akar persoalan kesehatan di level komunitas, khususnya di wilayah perbatasan yang kerap menghadapi tantangan akses layanan kesehatan.
Program ini tidak sekadar menyampaikan informasi, melainkan juga memberdayakan masyarakat agar menjadi garda terdepan dalam mendeteksi dan menangani dua masalah kesehatan krusial yang masih menjadi momok nasional: TBC dan stunting.
Deteksi Dini dan Pengobatan Tuntas TBC
Data terbaru mencatat, dari target 817 kasus TBC di Kabupaten Belu hingga pertengahan 2025, baru 209 kasus yang terdeteksi. Artinya, masih ada 608 kasus yang belum teridentifikasi—sebuah kesenjangan sebesar 74,47 persen. Kondisi ini mendorong perlunya pendekatan yang lebih menyeluruh dan proaktif di tengah masyarakat.
Melalui diseminasi ini, kader kesehatan dan tokoh masyarakat dibekali dengan pengetahuan mengenai pentingnya mengenali gejala awal TBC, mendorong pengobatan yang tuntas, serta melakukan pencegahan penularan melalui pola hidup bersih dan sehat.
“Kami berharap, pengobatan gratis hanya dengan KTP bisa mempercepat capaian program TBC di Belu,” ungkap Wakil Bupati Belu. Ia juga menegaskan bahwa Kabupaten Belu telah mencapai Universal Health Coverage, yang memastikan seluruh warganya bisa mengakses layanan kesehatan secara gratis hanya dengan menunjukkan KTP atau Kartu Keluarga.
Perang Total terhadap Stunting
Tidak kalah penting, program ini juga menempatkan penanggulangan stunting sebagai prioritas utama. Dengan strategi peningkatan akses pangan bergizi, edukasi bagi ibu hamil dan balita, serta pemantauan pertumbuhan anak, pemerintah daerah berharap dapat memutus mata rantai stunting sejak hulu.
Materi edukasi dalam diseminasi mencakup pentingnya ASI eksklusif, sanitasi lingkungan, dan praktik hidup bersih sehat, dengan penekanan pada peran keluarga sebagai aktor utama. “Keluarga dan masyarakat harus menjadi ujung tombak. Tanpa mereka, intervensi teknis tidak akan cukup,” ujar salah satu pemateri dari Dinas Kesehatan.
Kolaborasi Lintas Sektor
Acara ini menjadi momentum kolaborasi lintas sektor, menghadirkan berbagai pemangku kepentingan mulai dari DPRD Kabupaten Belu, Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat, Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten, organisasi profesi seperti IDAI, serta pimpinan rumah sakit dan kepala puskesmas se-Kabupaten Belu.
Kegiatan diseminasi ini juga dilengkapi dengan sesi diskusi interaktif dan simulasi praktis, yang dirancang untuk memastikan bahwa peserta tidak hanya memahami teori, tetapi juga mampu mengimplementasikannya secara nyata di lingkungan mereka.
Menuju Eliminasi TBC dan Nol Stunting
Dengan meningkatnya kesadaran dan partisipasi masyarakat, Pemerintah Kabupaten Belu optimis dapat mendekati target eliminasi TBC serta menurunkan angka stunting secara signifikan dalam beberapa tahun ke depan.
“Ini bukan sekadar program teknis. Ini adalah gerakan bersama menuju generasi Belu yang sehat, kuat, dan produktif,” tutup Wakil Bupati.
Dengan semangat gotong royong dan dukungan berbagai elemen masyarakat, Kabupaten Belu membuktikan bahwa daerah perbatasan pun bisa menjadi barisan depan dalam perang melawan TBC dan stunting di Indonesia.
















