Headline.co.id (Sleman) — Di tengah rimbunnya permukiman padat Kebun Arung, Tridadi, Sleman, berdiri sebuah bengkel kecil yang tak hanya menenun kain, tetapi juga harapan. Vifas Batik, unit usaha yang didirikan pada 2009 oleh Kus Handoyo, menjelma menjadi pelopor batik fungsional yang kini digandrungi wisatawan lokal hingga mancanegara.
Lebih dari sekadar motif indah, produk-produk Vifas Batik menjawab kebutuhan praktis para pelancong. Dari tas belanja lipat, dompet ringkas, hingga hiasan rumah tangga bernuansa batik, lebih dari 300 model telah lahir dari tangan-tangan kreatif pelaku UMKM ini. Desainnya memadukan estetika batik khas Yogyakarta dengan fungsi keseharian.
“Kami fokus mengembangkan apa yang ada di tangan. Yang penting bisa ditekuni dengan baik,” ujar Kus Handoyo saat ditemui di workshop-nya, Senin (28/7/2025).
Namun, jalan yang dilalui Vifas Batik bukan tanpa tantangan. Pandemi Covid-19 sempat mengguncang fondasi usaha ini. Dari 70 karyawan, hanya 20 yang bisa dipertahankan. Tapi alih-alih gulung tikar, Kus justru mengambil langkah tak biasa: memproduksi Alat Pelindung Diri (APD) berbahan batik.
“Waktu itu, permintaan wisatawan turun drastis. Kami bertahan dengan memproduksi APD batik, yang waktu itu langka tapi dibutuhkan,” kenangnya. Strategi ini terbukti ampuh menjaga nyawa usaha, bahkan memperluas jangkauan pasarnya.
Kini, seiring pulihnya sektor pariwisata, produk-produk Vifas Batik kembali mengisi rak-rak toko oleh-oleh di Sleman dan Yogyakarta. Dengan harga terjangkau dan desain otentik, dompet batik lipat dan tote bag menjadi buruan utama wisatawan yang ingin membawa pulang sepotong budaya Jawa.
Tidak hanya berorientasi pasar, Vifas Batik juga berkontribusi terhadap pemberdayaan masyarakat lokal. Melalui sistem produksi berbasis rumah tangga, usaha ini melibatkan ibu rumah tangga dan pemuda setempat, menciptakan lapangan kerja informal yang berkelanjutan.
Apa yang dirintis oleh Kus Handoyo dan timnya sejalan dengan Asta Cita ke-4, yakni memperkuat ekonomi rakyat berbasis UMKM dan koperasi. Vifas Batik juga menjadi contoh nyata implementasi RPJMN dan kebijakan prioritas pembangunan daerah Sleman dalam mengangkat ekonomi kreatif berbasis budaya.
Pemerintah daerah tak tinggal diam. Dinas Koperasi dan UKM Sleman aktif memfasilitasi pelatihan dan pameran bagi pelaku UMKM seperti Vifas Batik, terutama dalam hal digitalisasi pemasaran.
Vifas Batik membuktikan bahwa batik tak harus terpajang di dinding atau hanya dikenakan saat upacara. Lewat sentuhan kreatif dan semangat adaptif, batik bisa menjadi bagian dari keseharian—dan lebih dari itu, menjadi motor penggerak ekonomi lokal yang siap menembus pasar global.


















