Headline.co.id (Gunungkidul) ~ Penyebaran wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Kabupaten Gunungkidul semakin meluas, mengakibatkan dampak besar pada sektor peternakan sapi. Nilai jual sapi turun drastis, bahkan dalam beberapa kasus mencapai 50 persen, memaksa para peternak memilih menahan penjualan hingga situasi membaik.
Baca juga: Mobil Suzuki Baleno Terbakar di JJLS Rongkop-Girisubo, Diduga Akibat Konsleting Kabel
Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Gunungkidul, Kelik Yuniantoro, mengungkapkan bahwa penurunan ini juga berimbas pada aktivitas di pasar hewan. Jumlah sapi yang diperjualbelikan di Pasar Hewan Siyono dan Pasar Hewan Munggi, misalnya, turun dari rata-rata 400 ekor per hari menjadi hanya sekitar 200 ekor.
“Penurunan ini sudah terjadi beberapa hari terakhir. Para peternak khawatir sapi mereka tertular PMK jika dijual di pasar, sementara pembeli juga enggan datang karena takut risiko penularan,” ujar Kelik saat dihubungi, Jumat (3/1).
Baca juga: 3 Kendaraan Terlibat Kecelakaan Maut di U-Turn Depan Parkiran Alma Ata, 1 Orang Meninggal Dunia
Selain itu, peternak dari luar Gunungkidul pun mulai menghindari transaksi di wilayah tersebut. Menanggapi situasi ini, pihaknya telah melakukan berbagai langkah antisipasi, seperti penyemprotan disinfektan di pasar hewan dan pemasangan kolam dumping berisi cairan desinfektan di pintu masuk pasar.
“Pasar hewan kami semprot dua kali sehari, sebelum dibuka dan setelah ditutup. Kendaraan pengangkut sapi juga wajib melalui kolam dumping,” tambah Kelik.
Baca juga: Wisatawan Serbu Gunungkidul saat Tahun Baru, Catat 10 Ribu Kunjungan dalam Semalam
Harga Sapi Merosot Drastis
Penurunan harga sapi dirasakan langsung oleh para peternak. Wibowo, peternak asal Kelurahan Pampang, Kapanewon Paliyan, menyebutkan bahwa harga sapi yang terkena PMK bisa jatuh hingga 50 persen.
“Dulu harganya Rp 14 juta, sekarang kalau kena PMK bisa turun jadi Rp 7 juta,” kata Wibowo.
Baca juga: Wisatawan Semarang Pingsan Saat Bermain Air di Pantai Watu Kodok Gunungkidul
Hal senada diungkapkan Indra Setiyawan, peternak sekaligus Dukuh Temu Ireng II. Ia mencatat penurunan harga sapi sehat dari Rp 15 juta menjadi Rp 11 juta per ekor.
“Daripada jual rugi, lebih baik ditahan dulu. Sekarang kami fokus menjaga kesehatan sapi agar tidak tertular PMK,” ujar Indra.
Kasus PMK Meluas
Data Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul hingga akhir Desember 2024 mencatat 457 sapi berstatus suspek PMK, dengan 42 ekor di antaranya mati. Kepala DPKH, Wibawanti Wulandari, menyebutkan bahwa wabah ini telah menyebar hampir di seluruh kapanewon.
Baca juga: Cara Cek Akreditasi PTN: Panduan Penting untuk Calon Mahasiswa SNPMB 2025
“Kami terus mengimbau peternak untuk melaporkan sapi yang sakit atau mati agar segera ditangani. Langkah cepat sangat penting untuk mencegah penyebaran lebih luas,” jelas Wibawanti.
Sementara itu, Disdag dan DPKH bekerja sama untuk menekan laju penyebaran wabah. Para peternak diimbau meningkatkan kewaspadaan dan menjaga kebersihan lingkungan kandang demi mencegah sapi tertular.
Baca juga: Begini Tahapan Pemeringkatan Siswa untuk Bisa Ikut SNBP 2025 Beserta Persyaratannya
Harapan Pemulihan
Meski situasi masih memprihatinkan, para peternak berharap harga jual sapi bisa kembali stabil. Upaya preventif yang dilakukan pemerintah diharapkan mampu membendung penyebaran wabah PMK sehingga aktivitas pasar hewan kembali normal.
Dengan langkah penanganan terpadu dan dukungan penuh dari berbagai pihak, peternak optimis bisa melewati tantangan ini dan kembali bangkit. Wabah PMK menjadi pengingat pentingnya ketahanan sektor peternakan di tengah ancaman wabah penyakit.
Baca juga: 10 Prodi Paling Ketat di SNBP 2024, Pertimbangan Penting untuk SNBP 2025





















