Headline.co.id: Indonesia Bidik Pertumbuhan 6%-7% untuk Lepas dari Jebakan Pendapatan Menengah
Jakarta – Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas menegaskan bahwa Indonesia membutuhkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, yakni 6%-7%, untuk keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah. Target ini harus dicapai sebelum peringatan 100 tahun kemerdekaan pada 2045.
Ekonom senior Indonesia, Chatib Basri, menjelaskan bahwa salah satu cara untuk mencapai target tersebut adalah dengan memperbesar aliran modal asing melalui penanaman modal asing (FDI). Hal ini akan meningkatkan iklim investasi dalam negeri, sehingga menarik investor untuk menanamkan modal dan membuka lapangan kerja.
“Untuk menjaga stabilitas ekonomi, perlu menarik FDI untuk mengisi kesenjangan pendanaan,” ujar Chatib, Rabu (28/8/2024).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), realisasi investasi FDI di Indonesia pada 2023 mencapai USD 50.267 juta, meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar USD 45.605 juta.
Menanggapi kondisi tersebut, UOB Indonesia menyatakan kesiapannya untuk mendukung pertumbuhan FDI. President Director UOB Indonesia, Hendra Gunawan, menjelaskan bahwa fokus utama perusahaan adalah konektivitas, yaitu menarik investasi asing melalui jaringan layanan yang luas, teknologi informasi yang mumpuni, dan staf yang berkualitas.
“Jaringan UOB Group terfokus pada Asia Tenggara. Kami berupaya menarik investor asing untuk berinvestasi di Indonesia,” kata Hendra.
UOB Indonesia memiliki Tim Foreign Direct Investment (Tim FDI) yang bertugas meyakinkan investor asing untuk menanamkan modal di Indonesia. Tim ini telah bekerja sama dengan pemerintah dan otoritas terkait sejak 2013.
“Indonesia memiliki keunggulan dibandingkan negara lain. Pertumbuhan kredit sejalan dengan pertumbuhan ekonomi,” jelas Hendra.
Ia optimistis bahwa Indonesia masih memiliki potensi besar untuk menarik investasi asing. UOB Indonesia akan terus mendukung upaya pemerintah meningkatkan FDI sehingga perekonomian tahun ini dapat membaik.
“Dengan tiga pilar bisnis UOB, konektivitas, personalisasi, dan keberlanjutan, Indonesia masih berpeluang meningkatkan konektivitas dengan negara lain, terutama di ASEAN,” pungkas Hendra.
Sementara itu, data dari think tank Parlemen Eropa menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia lebih stabil dibandingkan dengan Uni Eropa. Inflasi di Indonesia pada tahun 2023 tercatat hanya 3,7%, sementara di Uni Eropa mencapai 6,3%.
sumber: https://www.cnbcindonesia.com/news/20240904190630-4-569183/genjot-fdi-status-ekonomi-indonesia-bisa-naik-kelas.




















