Atrial Fibrilasi Tingkatkan Risiko Stroke Sumbatan 5 Kali Lipat, Waspadai Gejalanya
Headline.co.id, Jakarta – Guru besar bidang aritmia Universitas Indonesia (UI) Prof. Dr. dr. Yoga Yuniadi Sp.JP(K) FIHA FAsCC mengungkapkan bahwa seseorang yang mengalami kelainan irama jantung atau atrial fibrilasi memiliki risiko lima kali lipat lebih besar terserang stroke sumbatan atau iskemik.
“Atrial fibrilasi merupakan kelainan irama jantung yang paling sering ditemukan dan menjadi penyebab utama pembentukan gumpalan darah yang dapat memicu stroke iskemik,” jelas Yoga dalam pemaparan hubungan jantung aritmia dengan stroke di RS Siloam TB Simatupang Jakarta, Kamis (16/2/2023).
Yoga menjelaskan, pasien atrial fibrilasi membentuk gumpalan darah atau kardio emboli di serambi kiri jantungnya. Jika gumpalan ini dipompa oleh jantung, maka dapat terjebak di pembuluh darah besar yang menuju otak.
Stroke iskemik terjadi ketika darah tidak dapat mengalir dengan lancar ke otak, sehingga menyebabkan disabilitas yang lebih parah dibandingkan dengan stroke tanpa atrial fibrilasi.
“Kematian dalam 30 hari, kematian dalam satu tahun, dan ketergantungan berat setelah satu tahun pada stroke terkait atrial fibrilasi jauh lebih tinggi dan lebih berbahaya dibandingkan dengan stroke tanpa atrial fibrilasi,” papar Yoga.
Menariknya, serangan stroke juga dapat menyebabkan terjadinya kelainan irama jantung aritmia, termasuk atrial fibrilasi. Hal ini disebabkan oleh aktivasi hormon selama serangan stroke yang memudahkan terjadinya aritmia.
Jika pasien stroke yang terdeteksi atrial fibrilasi, dokter akan melakukan tindakan ablasi setelah lima hari periode akut stroke. Tindakan ablasi dilakukan untuk menghentikan pembentukan gumpalan darah di serambi kiri jantung yang dapat menyebabkan disabilitas seperti ketidakmampuan menelan dan bergerak, meski sudah lama sembuh dari stroke.
Yoga menekankan bahwa atrial fibrilasi harus ditangani dengan mengendalikan faktor risikonya, seperti hipertensi, diabetes, obesitas, gangguan tidur, dan konsumsi alkohol berlebihan. Hal ini dilakukan untuk mencegah atrial fibrilasi memicu stroke iskemik.
“Faktor risiko yang paling utama adalah hipertensi, sehingga perlu diperhatikan untuk mencegah perkembangan stroke dan atrial fibrilasi di kemudian hari,” ujarnya.
Yoga menyarankan masyarakat berusia 40 hingga 60 tahun untuk mewaspadai gejala atrial fibrilasi, seperti denyut jantung yang tidak teratur, berdebar-debar, atau terasa seperti menari. Gejala ini dapat dideteksi sendiri dengan meraba nadi atau menggunakan gawai canggih seperti smartwatch yang dapat memonitor denyut jantung secara mudah.
sumber: https://www.antaranews.com/berita/4262391/atrial-fibrilasi-miliki-risiko-5-kali-sebabkan-serangan-stroke-iskemik.





















