Headline: Putra Sultan Yogyakarta Tinggalkan Kemewahan, Pilih Hidup Sederhana
Jakarta – Di balik tembok keraton yang megah, tersembunyi kisah unik seorang putra bangsawan yang memilih meninggalkan kemewahan untuk hidup sebagai rakyat biasa. Dia adalah Raden Mas Kudiarmadji alias Suryomentaram, anak ke-55 Sultan Hamengkubuwana VII.
Meskipun dilahirkan dari keluarga terkaya di Jawa dan menduduki posisi penting dalam Kesultanan Yogyakarta, Suryomentaram tidak merasa bahagia dengan keistimewaan yang dimilikinya. Dia justru merasa gelisah menyaksikan kesenjangan sosial yang terjadi di luar tembok istana.
Menyaksikan Kesenjangan Sosial
Dalam perjalanannya ke Solo, Suryomentaram tersadar akan kemiskinan dan penderitaan rakyat jelata. Dia merasa tidak nyaman dengan gaya hidup foya-foya yang dijalani di dalam keraton, sementara di luar sana banyak orang berjuang untuk bertahan hidup.
Dengan penuh keyakinan, Suryomentaram memutuskan untuk melepaskan diri dari kehidupan istana dan menjadi orang biasa. Dia bermeditasi dan membuat keputusan bulat untuk meninggalkan titel ningratnya.
Kabur dari Istana
Permintaan Suryomentaram untuk keluar dari istana ditolak oleh sang ayah. Namun, dia tidak menyerah. Suatu hari, tanpa membawa bekal, ia melarikan diri dari keraton dan mengubah identitasnya menjadi Natadangsa.
Dengan identitas baru, Suryomentaram bekerja sebagai kuli sumur, pedagang batik, dan petani di daerah terpencil. Dia merahasiakan identitas aslinya sebagai putra sultan.
Terbongkar dan Kembali ke Keraton
Upaya Suryomentaram untuk hidup sebagai rakyat biasa akhirnya terbongkar. Orang suruhan Sultan Hamengkubuwana VII mengetahui keberadaannya. Dia dipaksa kembali ke keraton, namun dia tetap merasa tidak betah.
Menjual Harta dan Hidup Sederhana
Setelah kematian ayahnya, Suryomentaram akhirnya bisa mewujudkan keinginannya keluar dari istana. Dia menjual semua harta bendanya, dari tanah hingga kendaraan, dan membagikan uang hasil penjualan kepada abdi dalem keraton.
Dengan sisa uangnya, dia membeli tanah di Salatiga dan membangun rumah sederhana. Di sana, Suryomentaram menjalani kehidupan sebagai petani dan mengabdikan hidupnya untuk menyebarkan ilmu-ilmu spiritualitas, termasuk ilmu kebahagiaan.
Nasihat bagi Soekarno
Pemikiran Suryomentaram tentang hidup sederhana dan menghindari kesenangan dunia mendapat banyak perhatian. Bahkan, Presiden Soekarno pernah meminta wejangan kepadanya dalam mengurus negara.
Suryomentaram wafat pada tahun 1962 di usia 70 tahun. Namun, pemikirannya tentang kebahagiaan dan kesederhanaan hidup terus dilestarikan hingga saat ini.
sumber: https://www.cnbcindonesia.com/entrepreneur/20240811055113-25-562031/pangeran-jawa-kabur-dari-rumah-pilih-jadi-kuli-ini-sosoknya.





















